Persaudaraan Alumni (PA) 212 menolak konser Coldplay yang rencananya digelar di Indonesia pada 15 November 2023. Lantaran band asal Inggris itu dianggap mengkampanyekan lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT).
Merespon pro-kontra konser Coldplay di Jakarta itu, pendakwah yang juga Wakil Ketua Lembaga Seni Budaya Islam di Majelis Ulama Indonesia (MUI) Ustaz Erick Yusuf mengatakan, setiap pihak perlu terlebih dulu tabayun serta objektif dalam menilai Coldplay. Menurut dia, harus benar-benar dipastikan lebih dulu Coldplay benar-benar pengusung LGBT atau simpatisannya.
"Kita juga harus melihat bahwa kita menolak LGBT, itu kan kita menolak itu apa? Gerakan-gerakan penyebaran LGBT-nya kan? Jadi, ketika ada jelas-jelas yang memang dalam kampanyenya dia mengampanyekan LGBT, kita harus tolak. Tapi, kalau tidak, ya, enggak usah juga (ditolak). Jadi, kita harus klarifikasi, tabayun dulu yang benar ini. Grup ini sampai sejauh mana (ada keterkaitannya dengan kelompok LGBT)," kata Ustaz Erick Yusuf.
Selain itu, menurut Ustaz Erick, harus ada konsisten dalam menyuarakan penolakan terhadap LGBT. Menurut dia, penolakan terhadap LGBT semestinya tidak sekadar ditujukan kepada Coldplay, tapi juga terhadap grup musik luar negeri lainnya, bahkan hingga produksi film dari luar negeri.
Lihat Sumber Artikel di Republika Artikel ini merupakan kerja sama sindikasi konten antara Populis dengan Republika.