Pengamat Politik, Boni Hargens, menyampaikan pendapatnya mengenai aksi Partai NasDem yang mengusung Anies Baswedan menjadi calon presiden (Capres) 2024 mendatang. Menurutnya, tindakan itu tidak etis.
Boni menilai kalau pengusungan itu seperti ‘ingkar’, apalagi dengan tagline NasDem yang berbunyi ‘Membangun Koalisi Perubahan’ saat mendukung Anies. Ia sendiri mengaku sampai keheranan.
Baca Juga: Survei LSI: Prabowo Unggul di Tiga dari Lima Provinsi Lumbung Suara Terbesar Nasional
“Heran dengan NasDem dengan tagline "Membangun Koalisi Perubahan". Itu saja kontradiksi,” ucapnya dikutip Populis.id dari Suara.com pada Senin (29/5/2023).
Boni menjelaskan bahwa selama sembilan tahun belakangan, NasDem ikut membangun pemerintahan dan turut menikmati di dalamnya. Namun, mereka justru memimpikan pemerintahan masa depan versi lain dengan gaya kepemimpina yang berbeda.
Secara implisit, Boni menyebut kalau pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pantas dan perlu diubah. Ia juga mengatakan sebenarnya tidak ada yang salah saat NasDem memilih berbeda pendapat di politik, tapi asal tidak sedang berada di dalam kekuasaan.
“Karena dia ada di dalam (pemerintahan) ikut membentuk itu kemudian mengatakan ini harus diubah, itu sama seperti mengingkari anak kandung,” tegasnya.
Boni menilai NasDem tidak keluar dari koalisi setelah mengusung Anies mungkin karena ingin menyerang pemerintah. Ia menyampaikan, “Tidak keluar dari koalisi karena mungkin ingin meminum madu dan mencoba serang sarang madunya. Dan itu tidak etis sama sekali.”
Sementara itu, kubu Jokowi sendiri tidak mengeluarkan NasDem karena akan merugikan diri sendiri. “Kalau dari hitungan politik, Jokowi akan rugi kalau pihaknya yang mengusir,” pungkasnya.
Kalau hal itu terjadi, Boni merasa publik justru akan berpikir NasDem telah dizalimi, bahkan bisa memberi ruang partai yang diketuai Surya Paloh itu menyerang pemerintah dan membangun narasi anti Jokowi untuk Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.
Lihat Sumber Artikel di Suara.com Artikel ini merupakan kerja sama sindikasi konten antara Populis dengan Suara.com.