Lembaga Survei Indonesia (LSI) Denny JA menyebut peluang Anies Baswedan batal maju pada pilpres 2024 semakin terbuka lebar. Hal ini dipicu oleh berbagai konflik di internal koalisi perubahan.
Peneliti senior LSI Denny JA, Ade Mulyana dua masalah internal koalisi perubahan bikin kesempatan Anies Baswedan nyapres adalah masalah Partai Demokrat yang saat ini sedang dikudeta Moeldoko. Masalah lainnya adalah kasus korupsi yang menjerat petinggi partai NasDem Johnny G Plate.
"Ini bukan berarti LSI Denny JA mendukung Anies ini tidak ikut kontestasi. Tetapi memang ada yang melatarbelakangi kira-kira skema jika Anies tidak dapat tiket Capres," kata Ade Mulyana dilansir Selasa (6/6/2023).
"Bulan Mei 2023 Partai Demokrat versi Moeldoko mengajukan 4 bukti baru ke MA agar kepengurusannya disahkan. Hal tersebut tentu saja akan menyebabkan terganggunya Koalisi Perubahan yang mengusung Anies Baswedan sebagai Capres pada Pemilu 2024 nanti," sambung dia.
Sementara dalam hasil Survei dari, Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), elektabilitas eks Gubernur DKI Jakarta itu menempati posisi paling buntut dari tiga bakal calon. Perolehan elektabilitas Anies hanya 19,2 persen dengan selisih yang cukup jauh dari Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto yang elektabilitasnya berkisar di 30an persen..
“Ganjar mendapat dukungan 37,9%, seimbang dengan Prabowo 33,5%. Sementara Anies mendapat dukungan 19.2%. Masih ada 9.4% yang belum tahu,” kata Direktur SMRC, Saiful Mujani dikutip dari keterangan resmi, Selasa (6/6/2023).
Guru Besar Ilmu Politik itu mengatakan, elektabilitas Anies cenderung menyusut. Tercermin dari tren grafik elektabilitas enam bulan terakhir.
“Dari Desember 2022 ke Mei 2023 dukungan kepada Anies di pemilih kritis menurun dari 29.7% menjadi 19.2%,” jelasnya.
Di tengah makin merosotnya elektabilitas Anies, di sisi lain Saiful bilang Ganjar dan Prabowo terus bersaing. Persaingannya disebut ketat dengan dukungan yang seimbang.
Misalnya dari sisi kualitas pada survei yang sama. Saiful menyebut Ganjar dan Prabowo bersaing tipis. Sementara Anies tertinggal jauh.
“Yang suka kepada Ganjar 82%, Prabowo 80%, Anies 68%,” paparnya.
Padahal dari segi polularitas, Ganjar sebenarnya lebih tertinggal di antara ketiganya. Prabowo jadi yang paling populer.
“Prabowo 97%, lebih dikenal dibanding Anies 91 Ganjar 89%,” terangnya.
Karena itu, Saiful menyimpulkan elektabilitas Ganjar yang telah mentereng masih bisa meningkat. Mengingat elektabilitasnya yang konsisten dan beberapa faktor lainnya.
“Ganjar diperkirakan masih dapat menaikkan elektabilitas jika kedikenalannya naik,” tandasnya.
Partai Demokrat Evaluasi Dukungan Buat Anies
Sementara dilain pihak Partai Demokrat berniat akan mengevaluasi dukungan terhadap Anies Baswedan jika dalam waktu dekat tidak juga mengumumkan calon wakil presiden yang mendampinginya bertarung.
"Kalau Juni belum deklarasi berpasangan, kemungkinan Demokrat akan mengevaluasi," tegas Ketua Bappilu DPP Demokrat Andi Arief kepada wartawan, Senin (5/6/2023).
Andi berujar tren elektabilitas dan popularitas Anies jauh tertinggal dengan pesaingnya lantaran tak kunjung mendeklarasikan cawapres.
Sehingga DPP Demokrat mengusulkan Anies agar bulan Juni ini segera dideklarasikan sehingga tidak semakin dalam jaraknya dengan kandidat lain, sebut saja Ganjar dan Prabowo.
"Kalau jarak sudah cukup menganga, itu pasangannya juga akan berat," imbuh dia.
Sementara itu Wakil Ketua Umum Partai Demokrat Edhie Baskoro Yudhoyono atau Ibas juga memberi sinyal bahwa partainya akan bersikap demikian jika cawapres tak kunjung diumumkan.
"Demokrat per hari ini masih memberikan dukungannya kepada Anies Baswedan dengan koalisi NasDem, Demokrat dan PKS. Kami berharap calon wakil presiden pendamping Anies segera diumumkan," tegas Ibas.