Wakil Presiden RI ke-10 dan ke-12 Jusuf Kalla mengaku dirinya tidak pernah memberi keluasan kepada Anies Baswedan dan para pendukungnya menggunakan masjid untuk berkampanye pada Pilkada DKI Jakarta 20217 silam.
Dia menyebut dirinya tak pernah mengeluarkan izin menggunakan rumah ibadah sebagai fasilitas demi menggulingkan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang ketika itu maju sebagai calon Gubernur DKI yang berstatus petahana.
Meski demikian Jusuf Kalla mengaku dirinya memang ingin menyingkirkan Ahok karena berbagai alasan. Hal ini disampaikan Jusuf Kalla ketika diwawancara jurnalis senior Andi Flores Noya beberapa hari lalu yang tayang di salah satu stasiun televisi nasional.
“Pertama, saya tidak pernah memberikan keleluasaan untuk menjadikan masjid sebagai tempat kampanye. Saya malah membuat selebaran agar tidak menjadikan masjid sebagai alat politisasi,” ungkap JK.
Bahkan kata JK, sebagai Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI), dirinya menegur pengurus masjid yang memasang spanduk, ‘kalau pendukung Ahok meninggal jangan dimandikan, dan disalati’.
“Saya tegur mereka (pengurus masjid). Tapi kan tidak semua yang saya lakukan itu masuk koran,” ungkapnya.
Jusuf Kalla menyebut, kekalahan dalam sebuah pertarungan politik adalah hal bisa, demikian juga kekalahan Ahok di Pilkada DKI Jakarta ketika itu. Dia lantas menyebut menyebut Ahok memang pantas menerima kekalahan itu karena selama memimpin Jakarta dia tak pernah menjaga omongannya.
“Ahok itu bahaya mulutnya. Dia pernah datang ke sini meminta perlindungan,” tegasnya.
Dia lantas menceritakan panjang lebar bagaimana Ahok memohon perlindungan kepadanya ketika digempur habis-habisan pada Pilkada DKI Jakarta.
“Saya waktu itu hendak tidur, saya diberitahu ada orang di bawah hendak ketemu. Namanya Ahok,” kisah JK. Ahok minta tolong untuk dilindungi. Dia bilang, saya kampanye bicara soal agama. Dan saya hendak dikeroyok orang. Ahok bilang, saya anggotanya Pak JK ketua dewan masjid. Dan dia kemudian lolos,” tuntasnya.