Pemerhati pesantren M. Najih Arromadloni terang-terangan mengatakan 90 persen santri di Ponpes Al-Zaytun adalah orang-orang dari kelompok Negara Islam Indonesia (NII). Menurutnya keturunan NII belakangan ini membludak di Ponpes pimpinan Panji Gumilang itu kondisi ini kata dia jelas sangat berbahaya sebab mereka sewaktu-waktu bisa merongrong NKRI.
"Mungkin dulu posisinya mungkin 50 persen 50 persen kali dulu. NII 50 persen, yang non NII 50 persen, kalau sekarang mungkin sudah 90 persen, 90 persen santri di Al-Zaytun Itu keluarga dari NII, anak-anak TNI yang yang umum sudah sudah sedikit sekali itu." kata Najih Arromadloni dalam sebuah wawancara dilansir Populis.id Kamis (29/6/2023).
Najih Arromadloni melanjutkan, untuk menyembunyikan kegiatan mereka, Panji Gumilang mengelompokan santri dari NII dan non NII. Mereka dipisahkan, bahkan santiri Non NII tak mendapat mata pelajaran tertentu.
"Jadi memang Panji Gumilang membuat satu sistem yang semacam itu, ada cluster-cluster yang yang boleh diketahui oleh umum, mana yang tidak boleh diketahui. Ketika ada anak santri yang bukan orang tuanya bukan NII, ingin baiat NII, itu tolak oleh Panji gumilang," terangnya.
Najih Arromadloni melanjutkan, setelah gagal dalam pemberontakan pada 1962 setelah ngotot mendirikan Negara Islam Indonesia. NII ternyata tak bubar begitu saja, mereka kata dia terus ada sampai sekarang ini. Dia bahkan secara gamblang mengatakan Al-Zaytun adalah NII yang sedang dikamuflase sebagai pondok pesantren.
"Orang melihat ada bendera merah putihnya, menyanyikan Indonesia Raya, meskipun stanza nya berbeda, lalu ada pendeta yang ikut sholat, ini kan sebetulnya bagian dari kamuflase. Al-Zaytun sendiri sebetulnya adalah penjelmaan baru atau re-branding, atau reorganisasi dari NII kan," tegasnya.