Akui Culik Aktivis 98, Prabowo ke Budiman: Yang Saya Ambil Telah Dikembalikan, tapi Saya Tidak Tahu Kenapa Sebagian Nggak Pulang ke Rumah

Akui Culik Aktivis 98, Prabowo ke Budiman: Yang Saya Ambil Telah Dikembalikan, tapi Saya Tidak Tahu Kenapa Sebagian Nggak Pulang ke Rumah Kredit Foto: Antara: Galih Pradipta

Politikus PDIP yang juga aktivis '98 Budiman Sudjatmiko bikin geger publik dengan sebuah pernyataannya yang menyebut Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto mengakui telah melakukan penculikan kepada sejumlah aktivis pada 1997-1998. 

Budiman mengaku informasi itu ia dapat ketika dirinya bersama Nezar Patria seorang aktivis 98 yang menjadi korban penculikan  mewawancarai Prabowo. Wawancara dilakukan pada 2002 silam. Itu adalah pertemuan pertama Budiman dengan Prabowo. 

Baca Juga: Curiga Anggaran Diselewengkan, Orangnya Ganjar Dukung Heru Budi Audit JIS: Jangan-jangan Kelebihan Bayar, Duitnya Masuk Dompet Kroninya Abas

Dalam wawancara itu Prabowo mengakui melakukan penculikan,namun semua aktivis yang ia culik sudah dipulangkan. Prabowo mengaku tak tahu menahu soal nasib 13 aktivis yang belum pulang ke rumah. 

 "(Prabowo bilang) 'Yang saya ambil sudah kembali semua. Saya kembalikan semua. Saya tidak tahu kenapa sebagian tidak pernah kembali ke rumah. Tapi yang saya ambil saya sudah lepaskan semua'. Itu pengakuannya,"kata Budiman dalam sebuah wawancara  di saluran Youtube  Kompas.com dilansir Populis.id Jumat (28/7/2023). 

Adapun, saat peristiwa penculikan terjadi pada tahun 1997-1998, Prabowo masih menjabat sebagai Komandan Jenderal (Danjen) Kopassus. Kopassus diketahui membentuk tim kecil bernama Tim Mawar, yang melakukan operasi penculikan. 

Sebagai informasi, semasa era Orde Baru, Presiden ke-2 Soeharto melakukan segala cara untuk mempertahankan kuasanya. Ia meredam segala kritik yang ditujukan, bahkan dengan lewat cara kekerasan. Sejumlah aktivis diculik. Beberapa dilepaskan, namun sebagian tak pernah kembali hingga kini. 

Dalam kasus penculikan aktivis 1997/1998, Kopassus membuat tim kecil untuk melakukan operasi penculikan tersebut. Tim kecil ini disebut Tim Mawar, dibentuk karena peristiwa 27 Juli 1996.

Baca Juga: Teriaknya Paling Kenceng, Geisz Mendadak Senyap Pas FIFA Rekomendasikan Renovasi JIS, Jurnalis Senior: Diajak ke Talkshow Sudah Tak Respons

Baca Juga: Benar-benar Nggak Terima Anies Baswedan Dijodohkan dengan Susi Pudjiastuti, Pasukan AHY Langsung Rongrong NasDem-PKS: Kejauhan!!

 Kala itu, para preman didukung tentara merampas kantor dan menyerang simpatisan yang mendukung Megawati di Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat. Tim Mawar bertugas untuk mendeteksi kelompok radikal, pelaku aksi kerusuhan, dan teror.

Pada 18 Januari 1998, terjadi ledakan di Rusun Tanah Tinggi, Jakarta Pusat. Kejadian ini membuat Tim Mawar semakin berpengaruh dalam urusan keamanan. Tim Mawar menyusun rencana untuk menangkap sejumlah aktivis yang dicurigai terlibat dalam insiden ledakan bom tersebut.

Terkait

Terpopuler

Terkini

Populis Discover