Pengamat politik sekaligus Direktur Eksekutif Indikator Politik, Burhanudin Muhtadi ikut menyoroti pernyataan Presiden Joko Widodo yang mengaku tensi politik semakin memanas jelang Pilpres 2024, dimana kepala negara mengakui saat ini ada kelompok yang sebelumnya berkawan kini pecah kongsi dan mendadak jadi musuh.
Menurut Burhanudin Muhtadi, pernyataan Jokowi itu merujuk pada kondisi politik di kabinet pemerintah. Dimana ada 7 Partai Politik pendukung pemerintah yang justru terbelah menjadi kubu pendukung Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto.
Baca Juga: Camkan Baik-baik! Erick Thohir Nggak Bakal Tunduk Sama PAN dan Zulhas, Dia Tegak Lurus ke Jokowi
“Kalau kita lihat, dari 7 partai pendukung pemerintah, itu mengelompok ke 2 kubu. Satu adalah kubu pendukung Prabowo Subianto, kedua adalah kubu Ganjar Pranowo," kata Burhanudin Muhtadi kepada wartawan Senin (21/8/2023).
Harus diakui dalam persaingan kedua kubu ini, nama Presiden Jokowi selalu diseret, kubu Ganjar mengklaim Presiden Jokowi tegak lurus ke PDI Perjuangan dan mendukung capres usungan Megawati Soekarnoputri, di sisi lain kubu Prabowo juga selalu menggembar gemborkan klaim sama.
Bersamaan dengan itu muncul pula isu yang menyebut Jokowi dan Megawati pecah kongsi, Jokowi ogah mendukung Ganjar dan lebih memilih Prabowo, bahkan merapatnya Golkar dan PAN ke Prabowo juga disebut-sebut tak lepas dari pengaruh Jokowi.
Menurut Burhanudin, dugaan pecah kongsi antara Jokowi dan Megawati itu kemungkinan benar terjadi, hal ini dapat dilihat dari sikap PDIP yang menyerang Prabowo Subianto dengan mempersoalkan program lumbung pangan atau food estate. Dimana serangan membabi buta itu juga mendapat respons dari Jokowi yang terkesan pasang badan membela Prabowo.
"Food Estate ini adalah serangan kepada program pemerintah terutama yang dianggap menjadi tanggung jawab Menteri Pertahanan. Sampai kemudian, Presiden Jokowi melakukan klarifikasi bahwa Food Estate ini tidak bisa cepat membuahkan hasil, perlu waktu," jelasnya.
"Yang menarik, isu ini dimunculkan oleh partai terbesar pendukung pemerintah (PDIP, red). Lagi-lagi tak bisa dipisahkan dari konteks persaingan antara Prabowo dan Ganjar di 2024," ucapnya.