Pegiat media sosial Lukman Siamndjuntak mengungkapkan dua hal yang membuat Partai Demokrat lebih baik tidak bergabung ke koalisi pendukung bakal capres Ganjar Pranowo.
Pertama, Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) diminta menjawab 5 pertanyaan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri sebelum bergabung ke koalisi Ganjar Pranowo.
Baca Juga: Isi Pikiran Anies, Ganjar, dan Prabowo soal Rempang Akan Menunjukkan Dua Hal
"Untuk sekelas mantan presiden, politikus kawakan, mantan ketum Demokrat, sekaligus seteru Megawati, cara interview dan wajib dukung Ganjar sebagai syarat gabung dengan PDIP ini sangat merendahkan SBY," ungkapnya.
Kedua, pada 25 Juni 2022, Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto menegaskan tidak bisa koalisi dengan Demokrat. "Jangan lupa Hasto pernah tolak kerja sama dengan Demokrat," ujar Lukman dikutip populis.id dari akun X pribadinya, Kamis (14/9).
Untuk sekelas mantan presiden, politikus kawakan, mantan ketum Demokrat, sekaligus seteru Megawati, cara interview dan wajib dukung Ganjar sbg syarat gabung dengan PDIP ini sangat merendahkan SBY. Jgn lupa Hasto pernah tolak kerja sama dgn Demokrat ???? pic.twitter.com/SDA4ExSvcH
— Lukman Simandjuntak (@hipohan) September 13, 2023
Sebelumnya, politikus senior PDIP Panda Nababan meminta SBY untuk menjawab lima pertanyaan dari Megawati sebelum bergabung pada koalisi pendukung Ganjar di Pilpres 2024.
Ketika SBY masih menjabat sebagai presiden, Panda mengatakan pernah diutus Megawati untuk menanyakan lima pertanyaan yang tidak pernah dijawab Presiden ke-6 itu.
"Selesaikan dong ada lima kebohongan yang tidak pernah dijawab dia. Waktu itu Ibu Mega mengutus saya mendatangi SBY di istana, saya sampaikan lima pertanyaan Ibu Mega, satu pun dia [SBY] tidak jawab," ucap Panda dalam program 'Political Show' CNNIndonesia TV, Senin (11/9).