Bakal capres Koalisi Indonesia Maju Prabowo Subianto tampak menjadi opsi terakhir Partai Demokrat untuk Pilpres 2024, ini terlihat melalui analisa pendiri Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), Saiful Mujani.
Saiful mengatakan komunikasi antara elite Demokrat dan PDIP tidak mudah, ia pun mulai mengingatkan yang terjadi pada Pilpres 2014 ketika Presiden Jokowi menjadi capres partai banteng itu. "Setahu saya 2014 Demokrat ingin sama-sama dukung jokowi. tapi PDIP tidak nyambut," ucapnya.
Baca Juga: Keputusan JIS Batal Dijadikan Vanue Pembukaan Piala Dunia U-17 Dirasa Sangat Tepat
Lalu kemudian sekarang Demokrat ingin mendukung Anies Baswedan karena tidak ingin berkoalisi dengan Prabowo Subianto, namun tidak berjalan sesuai rencana. "2024 ini mencoba tidak dengan Prabowo melainkan dukung Anies. tapi gagal," imbuhnya.
Sehingga setelah Anies gagal, menurut Saiful, prioritas Demokrat berubah ke Ganjar, namun tidak disambut PDIP, karenanya sekarang dukungan partai biru itu mengerucut pada Prabowo.
"Lalu ke mana? menurut saya prioritasnya ke Ganjar. tapi ga disambut. itulah yang sedang terjadi sekarang," ujarnya dikutip populis.id dari akun X pribadinya, Senin (18/9).
saya pernah bilang koalisi atau kerjasama antar partai untuk pencalonan presiden di antaranya ditentukan oleh komunikasi antara elite. ada sejumlah elite yang ga mudah komunikasi di antara mereka. kemunculan anies oleh nasdem sebagian karena komunikasi elite nasdem dan pdip ga…
— saiful mujani (@saiful_mujani) September 18, 2023
Sementara itu, pengamat politik Karim Suryadi mengungkapkan bahwa Demokrat akan mudah mencapai kesepatakan untuk berkoalisi dengan partai pendukung Prabowo Subianto.
Tapi menurut Karim akan sulit bagi Demokrat jika mensyaratkan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) untuk menjadi bakal cawapres dari bakal capres Koalisi Indonesia Maju yang berisi Gerindra, PAN, dan Golkar.