Pegiat media sosial Bachrum Achmadi mengungkapkan dugaan penyebab Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan (Zulhas) menyerang bakal capres Koalisi Perubahan Anies Baswedan.
Berdasarkan dugaannya, menurut Bachrum, Zulhas menyerang Anies Baswedan karena kantor Kementerian Perdagangan (Kemendag) sudah digeladah oleh Kejaksaan Agung (Kejagung) dalam kasus dugaan korupsi importasi gula periode 2015-2023.
Baca Juga: Anies dan Relawan Batal Diskusi di GIM, PKS Respons Nyelekit
Agar aman dari kasus tersebut, Bachrum menilai penyerangan terhadap Anies Baswedan menggunakan Pilgub DKI 2017 perlu dilakukan, ia pun menekankan hal tersebut merupakan dugaan.
"Zulhas: Pemilu Yang Buruk Sudah Lewat, Pilgub DKI Zamannya Pak Anies Yang Terburuk! Ciyee… carmuk serang Anies niyee… bukan mustahil biar aman karena kantor kemendag sudah ‘disatroni’ KPK, biar proses ga berlanjut! Boleh dong menduga-duga!" ungkapnya dikutip populis.id dari akun X pribadinya, Selasa (10/10).
Zulhas: Pemilu Yang Buruk Sudah Lewat, Pilgub DKI Zamannya Pak Anies Yang Terburuk!
— SiraitBatakDusun™? (@bachrum_achmadi) October 9, 2023
Ciyee…carmuk serang Anies niyee…bkn mustahil biar aman krn ktr kemendag sdh ‘disatroni’ KPK, biar proses ga berlnjut! ????????????
Boleh dong menduga2! ????????????
Sebelumnya, Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan (Zulhas) mengungkapkan bahwa pemilihan gubernur (Pilgub) DKI Jakarta pada tahun 2017 merupakan pemilu yang terburuk di Indonesia.
Pada Pilgub DKI 2017 Anies Baswedan dan Sandiaga Uno keluar sebagai pasangan gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta.
"Yang buruk sudah lewat, yang paling buruk pemilu itu waktu Pilgub DKI," ujar Zulhas dalam acara Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di rumah Wamenaker Afriansyah Noor, Jakarta, Minggu (8/10/2023) dikutip dari Kompas.
Zulhas menyebut Pilgub DKI 2017 merupakan yang pemilu yang paling buruk karena menimbulkan keterbelahan dalam masyarakat, sehingga ia memohon masyarakat agar Pemilu 2024 bisa terselenggara dengan aman.
"Seperti Pilgub DKI zamannya Pak Anies, ada Pak Ahok. Atau pilpres zaman Pak Jokowi yang dua pasang, dua kali. Kita terbelah waktu itu. Oleh karena itu, yang paling buruk sudah lewat," ucapnya.
"Jadi sudah lewat, sehingga kita sudah mengerti, sudah paham. Tidak mudah kita dipanas-panasin," tandasnya.