Anggota Komisi III DPR RI Fraksi Partai Demokrat, Benny K Harman mengaku mengkritik Presiden Joko Widodo (Jokowi) demi mewujudkan perubahan dan perbaikan di Indonesia.
Mulanya Benny merasa senang karena kini banyak yang menyampaikan kritik terhadap Jokowi, dan kritik yang disampaikannya lebih tajam lantaran berasal dari pihak yang sebelumnya memberikan dukungan.
Baca Juga: Sebut IKN Baru Selesai 15 atau 20 Tahun, Harapan Jokowi Tertebak
"Saya senang kini makin banyak yang mengkritik Presiden Jokowi. Mereka yang dulu menyembah dan memuji apapun yang dilakukan Jokowi kini berbalik arah mengkritiknya. Yang bikin tambah senang karena kritik mereka malah lebih tajam lagi," ucapnya dikutip populis.id dari akun X pribadinya, Minggu (19/11).
Lebih lanjut, menurutnya terdapat perbedaan asal muasal kritikan dilontarkan antara dirinya dengan mantan pendukung Jokowi. Benny mengatakan menyampaikan kritik demi perubahan dan perbaikan, sedangkan pihak lain karena rasa benci dan sakit hati.
"Meskipun begitu, ada perbedaan mendasar antara mereka dengan saya dalam hal kritik Jokowi. Mereka kritik karena benci, karena sakit hati ditinggal pergi Jokowi, sedangkan saya kritik karena ingin ada perubahan dan ada perbaikan. Untuk rakyat bahagia bukan untuk meraih kekuasaan," tandasnya.
Saya senang kini makin banyak yg mengkritik
— Benny K Harman (@BennyHarmanID) November 18, 2023
Presiden Jokowi. Mereka yg dulu menyembah dan memuji apapun yg dilakukan Jokowi kini berbalik arah mengkritiknya. Yg bikin tambah senang karena kritik mereka
malah lebih tajam lagi. Meskipun begitu, ada perbedaan mendasar antara mereka…
Sementara itu, dalam survei Indikator Politik Indonesia menyebutkan bahwa sebanyak 44,1 persen mengaku tidak setuju majunya Gibran Rakabuming Raka sebagai bakal calon wakil presiden (bacawapres) menunjukkan bahwa Presiden Jokowi telah mengkhianati PDIP.
Menurut dia, hanya 34,7 persen setuju bahwa majunya Gibran sebagai cawapres Prabowo menunjukkan bahwa Jokowi telah khianati PDIP.
"Namun, lebih banyak yang tidak setuju, angkanya mencapai 44,1 persen. Dan 21,3 persen menjawab tidak tahu,” kata peneliti utama Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi saat merilis hasil survei bertajuk "Efek Gibran dan Dinamika Elektoral Terkini" yang dipantau secara virtual di Jakarta, Minggu (12/11/2023) dikutip dari Suara.