Wakil Ketua Umum Partai Garuda Teddy Gusnaidi menilai bukan anomali suara capres nomor urut tiga Ganjar Pranowo lebih rendah dari suara Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).
Teddy menjelaskan suara partai berlambang banteng itu tinggi karena dalam pemilihan legislatif (pileg) para pemilih PDIP memilih partainya, sedangkan untuk pemilihan presiden (Pilpres), mereka tidak memilih Ganjar Pranowo-Mahfud MD, namun Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.
Baca Juga: Kemenangan Prabowo-Gibran Bisa Dibatalkan Gunakan Ini
"Ini bukan anomali dan sangat mudah dijelaskan. Pemilih PDIP memilih Prabowo Gibran, bukan Ganjar Mahfud. Untuk Pileg mereka memilih PDIP, untuk Pilpres mereka memilih Prabowo Gibran. Jadi anomalinya dimana mas @ganjarpranowo?" ungkapnya, dikutip populis.id dari akun X pribadinya, Jumat (16/2).
Ini bukan anomali dan sangat mudah dijelaskan.
— Teddy Gusnaidi (@TeddGus) February 16, 2024
Pemilih PDIP memilih Prabowo Gibran, bukan Ganjar Mahfud. Untuk Pileg mereka memilih PDIP, untuk Pilpres mereka memilih Prabowo Gibran.
Jadi anomalinya dimana mas @ganjarpranowo? https://t.co/qdyhimYhVr
Sebelumnya, capres nomor urut tiga Ganjar Pranowo menduga terdapat anomali dalam hitung cepat atau quick count sementara antara Pilpres dan Pileg 2024, pasalnya suaranya bersama Mahfud MD lebih rendah dari PDIP di sejumlah wilayah yang disebut sebagai 'kandang banteng'.
Secara nasional, termasuk wilayah dengan basis massa partai berlambang banteng itu, PDIP masih unggul berdasarkan hasil quick count pemilihan legislatif, namun Ganjar-Mahfud sebaliknya.
"Kan quick count itu, real count-nya belum. Hasil dari quick count, perolehan PDI-P, saya kira masih tinggi ya, kalau enggak salah masih nomor satu ya. Agak anomali dengan suara saya," kata Ganjar saat ditemui di Gedung High End, Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Kamis (15/2/2024), dikutip dari Kompas.