Wakil Ketua Umum Partai Garuda Teddy Gusnaidi merasa Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto menunjukan ingin mengatur Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh.
Pasalnya Hasto menyebut pertemuan antara Jokowi dengan Surya Paloh menandakan demokrasi sedang dalam masalah besar, padahal PDIP dan NasDem berbeda kubu di pemilihan presiden (Pilpres) 2024.
Baca Juga: Kaitan Rekap Suara Dihentikan KPU dengan Pertemuan Jokowi dan Surya Paloh
"Paloh kubu 01 bertemu dengan Presiden. Hasto kubu 03, tidak terima. Jadi yang punya masalah besar adalah Hasto. Orang yang sehari-hari berlindung dibalik label demokrasi tapi anti terhadap demokrasi. Kebebasan orang untuk bersikap mau diatur olehnya," ucapnya, dikutip populis.id dari akun X pribadinya, Selasa (20/2).
Paloh kubu 01 bertemu dengan Presiden. Hasto kubu 03, tidak terima.
— Teddy Gusnaidi (@TeddGus) February 19, 2024
Jadi yang punya masalah besar adalah Hasto. Orang yang sehari-hari berlindung dibalik label demokrasi tapi anti terhadap demokrasi
Kebebasan orang untuk bersikap mau diatur olehnya. pic.twitter.com/oUKuzQ11iP
Sebelumnya, Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto menyebut pertemuan antara Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh menandakan demokrasi sedang dalam masalah besar.
"Kalau semua proses itu berjalan baik ya tidak perlu dilakukan suatu proses konsolidasi pasca pemilu karena semuanya berjalan natural sesuai dengan kehendak rakyat," kata Hasto usai menggelar rapat internal di Gedung High End, Jakarta, Senin (19/2/2024), dikutip dari Detik.
"Tetapi ketika proses konsolidasi justru tetap dilakukan itu menunjukkan ada questionmark yang kemudian harus dijawab bersama-sama bahwa demokrasi kita sedang berada dalam masalah besar," sambungnya.
Berdasarkan pendapat para pengamat pro demokrasi, menurut Hasto, Jokowi memiliki andil besar dalam menjaga kualitas demokrasi di tanah air.