Pengamat kebijakan publik Gigin Praginanto menunjukkan sejumlah kebijakan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang menguntungkan investor asing, seperti penerbitan utang pemerintah berbunga tinggi, kemudahan berkolusi dengan pihak tertentu, hingga liberalisasi ekonomi yang membuat investor dalam negeri tergusur.
Gigin menyampaikannya menanggapi Senior Portfolio Manager, Equity PT Manulife Investment Management Indonesia (MAMI), Samuel Kesuma, CFA yang menilai investor asing lebih suka pemimpin yang melanjutkan kebijakan Jokowi.
Baca Juga: Kenapa Tim AMIN Minta TV Tak Tayangkan QC Lembaga Survei dan Tim Ganjar-Mahfud Minta Audit Sirekap?
"Mereka diuntungkan dari penerbitan utang pemerintah berbunga tinggi, kemudahan berkongkalikong dengan Peng-Peng, liberalisasi ekonomi untuk menggusur pemain lokal dan lainnya," ucap Gigin, dikutip populis.id dari akun X pribadinya, Kamis (22/2).
Mereka diuntungkan dari penerbitan utang pemerintah berbunga tinggi, kemudahan berkongkalikong dengan Peng-Peng, liberalisasi ekonomi untuk menggusur pemain lokal dan lainnya.https://t.co/USinJOFl1C
— gigin praginanto (@giginpraginanto) February 22, 2024
Sebelumnya, Senior Portfolio Manager, Equity PT Manulife Investment Management Indonesia (MAMI), Samuel Kesuma, CFA, mengatakan, dalam jangka pendek, hasil pemilu disambut secara positif oleh pasar.
Investor pasar saham, terutama investor asing, umumnya lebih menyukai pemimpin baru yang melanjutkan kebijakan pemerintahan sebelumnya. "Hal ini disebabkan preferensi investor untuk kestabilan dan minimnya risiko dari perubahan kebijakan yang ekstrem," ujar Samuel, Rabu (21/2/2024), dikutip dari Republika.
Pemilu yang diperkirakan akan berlangsung satu periode juga dipersepsi positif bagi ekonomi karena memperbesar potensi komitmen dana investasi langsung tahun ini. Ke depannya, sambung dia, investor akan memonitor rencana kebijakan ekonomi dan calon anggota kabinet dari pemerintahan yang baru untuk memprediksi arah pertumbuhan ekonomi di tahun-tahun mendatang.
Di tengah kondisi global yang dinamis, MAMI mengambil posisi yang berimbang pada konstruksi portofolio. Salah satunya adalah dengan mengombinasikan elemen potensi katalis jangka pendek, defensif, dan potensi struktural jangka panjang.
Untuk katalis jangka pendek, MAMI memperbesar alokasi pada sektor yang diuntungkan dari pemangkasan suku bunga (interest rate sensitive). Seperti di perbankan, properti, tower telekomunikasi, dan konsumer nonprimer.