Pemerhati sosial dan politik Tatok Sugiarto menanggapi beredarnya kabar Sri Mulyani menolak menjadi Menteri Keuangan (Menkeu) dalam kabinet yang dipimpin Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.
Menurut Tatok, sebagai Menkeu dari Kabinet Indonesia Maju pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi), Sri Mulyani tentu sangat mengetahui kondisi keuangan negara serta beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk pemerintahan selanjutnya, sehingga dirinya menolak masuk dalam kabinet Prabowo Subianto.
Baca Juga: Sejumlah Kebijakan Jokowi yang Untungkan Investor Asing
"Sri Mulyani sangat mengetahui tentang keuangan Indonesia, dan beliau juga sangat mengetahui beban APBN kedepan. Mari waspada!" ungkapnya, dikutip populis.id dari akun X pribadinya, Kamis (22/2).
Sri Mulyani sangat mengetahui tentang keuangan Indonesia, dan beliau juha sangat mengetahui beban APBN kedepan
— @Tatok sugiarto (@QianzyZ) February 22, 2024
Mari waspada! https://t.co/PLukhONkD3
Sementara itu, pengamat politik Rocky Gerung menilai penolakan Sri Mulyani menjadi Menteri Keuangan (Menkeu) dalam kabinet yang dipimpin Prabowo Subianto menjadi tanda perubahan kebijakan ekonomi dan penghematan.
"Penolakan Sri Mulyani sebagai Menkeu Prabowo memberikan sinyal kuat bahwa ada perubahan paradigma terhadap pengelolaan ekonomi, terutama dalam konteks penghematan yang dikenal dari era Jokowi," ucapnya dalam kanal YouTube resminya, dikutip dari democrazy.id.
Ia pun mengatakan Prabowo harus bergeser fokus ekonomi dari barat ke timur. "Prabowo harus beralih pandangannya dari barat ke timur, misalnya ke Cina. Ini menunjukkan bahwa ekonomi Indonesia tidak bisa menjadi autarki, dan ini menjadi tantangan besar," ujarnya.