Pegiat media sosial Rinny Budoyo menilai Partai Gelora bisa menjadi alasan Presiden terpilih Prabowo Subianto menolak Partai Keadilan Sejahtera (PKS) bergabung dalam pemerintahannya ke depan.
Pasalnya dengan keberatan dari Partai Gelora, Prabowo Subianto semakin mempunyai banyak alasan untuk menolak PKS bergabung, sehingga partai yang mengusung Anies Baswedan itu harus menerima kenyataan memperpanjang masa oposisinya setelah satu dekade.
Baca Juga: Prabowo Ingin Rangkul Semua Parpol untuk Bangun Indonesia Kecuali PKS
"Dan sekarang masalahnya nih secara lantang partai Gelora sudah berkoarkoar menolak bergabungnya PKS di koalisi Pak Prabowo, nah jadi gimana dong runyam banget kan kondisi PKS sekarang ini, dengan adanya keberatan dari partai Gelora semakin banyak alasan bagi Pak Prabowo buat menolak proposal bergabung dari PKS," ucapnya.
"Jadi mungkin walaupun ini gak sesuai keinginan hati mereka, PKS mungkin bakal terpaksa menerima kenyataan bahwa mereka harus rela menjadi oposisi lagi buat 5 tahun ke depan, mereka harus rela memperpanjang masa puasa mereka sebagai oposisi menjadi 15 tahun lamanya," imbuhnya, dikutip populis.id dari YouTube 2045 TV pribadinya, Kamis (2/5).
Diketahui, Partai Gelora keberatan apabila Partai Keadilan Sejahtera (PKS) bergabung dalam koalisi partai politik pendukung pemerintahan Prabowo-Gibran. Pasalnya, Gelora menilai kalangan PKS kerap menyerang pasangan Prabowo-Gibran sepanjang masa kampanye Pilpres 2024.
Sekretaris Jenderal (Sekjen) DPP Partai Gelora, Mahfudz Siddiq menyebut, apabila PKS gabung Koalisi Indonesia Maju (KIM), akan terjadi pembelahan antara PKS dan pendukung fanatiknya yang kerap menyerang Prabowo-Gibran. Menurut dia, sikap elite dan akar rumput sangat berbeda.
"Jika sekarang PKS mau merapat karena alasan proses politik sudah selesai, apa segampang itu PKS bermain narasi ideologisnya? Apa kata pendukung fanatiknya? Sepertinya ada pembelahan sikap antara elite PKS dan massa pendukungnya," kata Mahfudz dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu (27/4/2024), dikutip dari Republika.
Dia menjelaskan, pendukung PKS selama masa kampanye getol melakukan serangan negatif secara masif terhadap Prabowo- Gibran dan juga Presiden Joko Widodo (Jokowi). Serangan itu pun dibungkus dengan narasi ideologis.