Anwar Abbas yang Selalu Lantang Bersuara, Namun...

Anwar Abbas yang Selalu Lantang Bersuara, Namun... Kredit Foto: Istimewa

Mungkin hampir sebagian besar masyarakat tahu bahwa Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Anwar Abbas adalah salah satu sosok yang paling lantang dalam melontarkan kritik terhadap Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Bahkan beberapa waktu belakangan, kritik kerasnya terhadap Jokowi tengah menjadi polemik.

Tak hanya itu, kritik kerasnya tersebut bahkan membuat dirinya menjadi bulan-bulanan banyak pihak lantaran dinilai tak etis dan justru mempermalukan organisasi yang menaunginya, yakni MUI. Lebih jauh, Anwar bahkan dianggap memiliki sentimen pribadi terhadap Jokowi dan tampak benci terhadap sosok RI 1 tersebut karena seringnya ia mengkritik sang Presiden.

Seperti diketahui, beberapa waktu lalu Anwar sempat melontarkan kritik pedas kepada Jokowi saat tengah menjadi tamu dalam acara Kongres Ekonomi Umat Islam II yang digelar oleh MUI pada 10 Desember lalu. Dalam kesempatan tersebut, Anwar menyampaikan kritiknya tepat saat Jokowi hendak memberikan pidato sambutan untuk membuka acara tersebut.

Hal ini sempat membuat gaduh banyak pihak dan muncul isu-isu yang menyebut bahwa Jokowi menunjukkan gestur marah setelah Anwar mengkritiknya. Namun Anwar sempat menampik bahwa gestur tersebut bukanlah bentuk kemarahan Jokowi melainkan membenarkan serta menerima kritiknya.

Akan tetapi, banyak pihak yang sudah terlanjur geram dengan tindakan Anwar tersebut yang dinilai tidak etis sebagai tuan rumah yang menerima Jokowi sebagai tamu sekaligus tidak elok sebagai status Anwar yang merupakan ulama di MUI. Anwar dinilai tidak menyampaikan kritiknya pada forum dan waktu yang tepat sehingga mempermalukan tamunya, yakni Jokowi di hadapan khalayak sekaligus mencoreng organisasi yang menaunginya, yakni MUI.

Meski begitu, seperti biasanya Anwar tidak merasa bahwa dirinya melakukan kesalahan. Anwar memang kerap mengakui bahwa dirinya akrab dengan Jokowi dan selalu mengklaim bahwa Jokowi adalah sosok pemimpin yang tidak antikritik dan terbuka terhadap masukan yang disampaikan rakyatnya, termasuk dirinya. 

Selain itu, Anwar juga sering menegaskan bahwa dirinya akan selalu konsisten mengkritik apabila didapatinya suatu kesalahan dalam roda pemerintahan. Sebaliknya, ia akan menyampaikan apresiasi dan dukungan atas berbagai prestasi dan kinerja yang baik dari pihak pemerintah.

Baca Juga: Kritik Kerasnya Disorot, Anwar Abbas: Saya Sering Bercanda Kok dengan Pak Jokowi

Tak ada yang salah dengan mengkritik pemerintah karena itu adalah hak segenap rakyat Indonesia, termasuk Anwar dan dilindungi oleh konstitusi. Hanya saja secara konteks, Anwar kerap tidak menyadari bahwa kritiknya kerap tidak tepat baik secara substansi maupun secara waktu dan tempat. 

Sebutlah kritik terakhirnya di acara MUI tersebut yang menunjukkan kurang pekanya Anwar terhadap keadaan sekitar sebelum menyampaikan kritiknya. Seperti diketahui, saat itu Jokowi hadir sebagai tamu undangan dan bertugas untuk membuka acara yang digelar MUI tersebut. Anwar juga tak melihat bahwa statusnya saat itu merupakan tuan rumah yang seharusnya menghormati tamu yang diundangnya.

Adapun secara substansi, Anwar tampaknya tak melihat dulu secara keseluruhan persoalan yang dikritiknya. Pasalnya, tak ada hal baru dari permasalahan yang diangkat dalam kritiknya. Seperti diketahui sejumlah kritik Anwar adalah menyangkut kinerja pemerintah dalam mengatasi kesenjangan masyarakat, hingga ketimpangan penguasaan lahan.

Permasalahan yang diangkat anwar ini, jika ditinjau lebih jauh sebenarnya merupakan masalah klise yang bukan hanya terjadi di masa pemerintahan Jokowi saja, bahkan sudah ada sejak zaman rezim Orde Baru Soeharto. Bahkan, di zaman tersebut persoalan itu jauh lebih parah, bahkan kroni-kroni Seoharto di Cendana juga merupakan pemilik lahan yang sangat luas di beberapa daerah.

Sebaliknya, Jokowi yang saat itu dituding menunjukkan gestur marah karena reaktif menjawab kritik Anwar sehingga mengabaikan teks pidato yang sudah disiapkan untuknya juga secara langsung menjawab bahwa pemerintahannya kini justru sedang berusaha melakukan redistribusi lahan melalui program reforma agraria. Hingga kini, ia mengklaim redistribusi itu sudah mencapai 4,3 juta hektare dari total target 12 juta hektare lahan.

Seperti biasa, kritik Anwar pada akhirnya justru berakhir kurang kritis dan justru hanya membuat kegaduhan yang tidak perlu. Dan tentu saja, ini bukan yang pertama kali Anwar membuat kegaduhan atas kritiknya. Sebelumnya, ia sempat menjadi sorotan saat tuntutan agar MUI dibubarkan tengah ramai di media sosial, tepat setelah dua tersangka teroris yang memiliki hubungan dengan MUI diciduk Densus 88.

Baca Juga: Kritik Jokowi Malah Timbulkan Polemik, Eh... Anwar Abbas Kena Sentil

Anwar saat itu yang tampak emosi dengan tuntutan tersebut justru melawan balik dengan menyatakan agar lebih baik Republik Indonesia saja yang dibubarkan. Hal itu tentu saja memantik kegeraman dari banyak pihak karena pernyataannya tersebut seakan lebih meninggikan MUI di atas Republik Indonesia yang secara tak langsung justru merupakan tempat MUI bernaung.

Secara status pula, Anwar seperti tak tampil sebagai ulama yang dibutuhkan oleh berbagai pihak, baik pemerintah maupun rakyat. Sosok ulama, seharusnya menjadi sosok yang mengambil posisi sebagai pencerah dan jurut damai antar pemerintah maupun rakyat. Ulama seharusnya mampu menjadi penasihat yang baik bagi pemerintah dan pengayom bagi rakyat dengan tingkat spiritual mereka yang seharusnya cenderung di atas kedua belah pihak tersebut.

Alih-alih mengambil posisi tersebut, Anwar justru kerap kali tampil sebagai sosok yang layaknya minyak yang disiramkan terhadap bara api. Seringkali, sikapnya tak jauh berbeda dengan kritik dari para politisi lain maupun pihak-pihak yang tentunya bukan ulama. Ia tampak tak bijak dalam menyikapi suatu persoalan yang terjadi di tengah pemerintah dan masyarakat.

Memang secara teknis, sah saja apabila Anwar mengkritik pemerintah karena dirinya merupakan bagian dari rakyat demokrasi yang suaranya dilindungi oleh konstitusi. Namun secara konteks, Anwar harus sadar bahwa dirinya merupakan sosok ulama yang bisa tampil lebih bijaksana dibandingkan pihak lain, bukan justru bersikap dengan standard yang sama atau di bawah pihak yang bukan ulama seperti dirinya.

Baca Juga: Anwar Abbas Mengejutkan: Saya Tak Takut Dipenjara!

Terkait

Terpopuler

Terkini

Populis Discover