Pengamat politik Refly Harun menilai posisi Ketua DPP Bidang Politik Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Puan Maharani akan sulit jika bermasalah dengan Presiden terpilih Prabowo Subianto dan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Pasalnya Puan Maharani membutuhkan presiden yang merupakan sumber fasilitas, sehingga bisa memenuhi kepentingannya dalam transisi kepemimpinan Ketua Umum PDIP dari Megawati Soekarnoputri.
Baca Juga: Ditolak di UIN Walisongo, Gibran Bukan Siapa-siapa Tanpa Jokowi
"Justru kalau dia memainkan masalah dengan Jokowi dan Prabowo justru akan menyulitkan, justru dia bargaining position itu dia ayun, sehingga Prabowo membutuhkan Puan Maharani atau Jokowi membutuhkan Puan Maharani, dan Puan Maharani membutuhkan presiden karena presiden adalah sumber fasilitas misalnya," ucapnya.
"Jadi dan kepentingan Puan adalah transisi kepemimpinan PDIP secara smooth, kalau misalnya ada pemikiran pasca 2024 Megawati akan step down maka Puan Maharani yang akan menggantikan," imbuhnya.
Selain itu, dengan jabatan Ketua DPR RI yang secara psikologis dianggap setingkap dengan presiden maupun wakil presiden, Puan tidak mempunyai kepentingan untuk membawa PDIP menjadi oposisi pemerintahan Prabowo.
"Dan Puan Maharani juga tidak punya kepentingan untuk membawa PDIP sebagai oposisi, mengingat apa perannya sebagai Ketua DPR ," tandasnya, dikutip populis.id dari YouTube Refly Harun, Kamis (30/5).
Sementara itu, Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Megawati Soekarnoputri buka suara terkait sikap politik partainya kepada wartawan yang meliput Rapat Kerja Nasional (Rakernas) V PDIP.