Pemilihan Jakarta sebagai tuan rumah penyelenggaraan pameran makanan dan minuman terbesar di dunia, yaitu SIAL Interfood ke-25 pada tahun ini membuktikan adanya pengakuan dunia terhadap potensi industri makanan dan minuman (Mamin) Indonesia.
Kementerian Perdagangan (Kemendag) pun menyambut baik terpilihnya Jakarta untuk pameran SIAL Interfood ke-25 yang akan berlangsung pada 13-16 November 2024 di Jakarta International Expo Kemayoran.
Baca Juga: Harga BBN Bioetanol dan Biodesel November 2024, Ada yang Naik dan Turun!
Hal tersebut disampaikan Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan Mardyana Listyowati menanggapi terpilihnya Jakarta sebagai tuan rumah SIAL Interfood ke-25 melalui sambutannya yang disampaikan Direktur Pengembangan Ekspor Produk Primer Kemendag Miftah Farid.
Sambutan tersebut disampaikan pada Jumat, (8/11) pada konferensi pers SIAL Interfood ke-25 di Kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta yang digelar selaras dengan terpilihnya Jakarta sebagai tuan rumah.
“Tiga program utama Menteri Perdagangan Budi Santoso dalam lima tahun ke depan, yaitu penguatan pasar dalam negeri, perluasan pasar ekspor, dan peningkatan UMKM BISA ekspor. BISA ekspor itu artinya Berani Inovasi, Siap Adaptasi Ekspor. Dukungan Kemendag terhadap suksesnya SIAL Interfood merupakan salah satu bentuk implementasi program-program tersebut,” ungkap Mardyana, dikutip dari siaran pers Kemendag, Minggu (10/11).
Mardyana menambahkan, penyelenggaraan Pameran SIAL Interfood ke-25 di Jakarta dapat mendukung kegiatan promosi dan informasi ekspor produk-produk Indonesia melalui keikutsertaan pada pameran internasional. Menurutnya produk-produk Indonesia masih diminati dan dibutuhkan konsumen global. “Salah satunya adalah produk makanan serta minuman olahan,” kata Mardyana.
Produk makanan dan minuman olahan menjadi salah satu produk ekspor unggulan Indonesia yang tumbuh 6,81 persen dalam lima tahun terakhir (2019—2023). Total nilai ekspor makanan dan minuman olahan Indonesia pada Januari—Agustus 2024 sebesar USD 3,59 miliar, meningkat 6,48 persen dibandingkan periode yang sama pada 2023. Produk yang paling banyak meraih pangsa pasar dunia yaitu hasil laut seperti udang sebesar 6,88 persen, kepiting sebesar 7,32 persen, biskuit manis sebesar 7,13 persen, pasta sebesar 8,26 persen, serta makanan lainnya 13,07 persen.
Negara mitra dagang terbesar produk makanan olahan Indonesia adalah Amerika Serikat sebesar USD 667,23 juta, Filipina sebesar USD 507,76 juta, Malaysia sebesar USD 294,31 juta, Tiongkok sebesar USD 222,28 juta, dan Thailand sebesar USD 194,15 juta.
Potensi produk unggulan tersebut perlu didukung oleh pencarian pasar yang potensial. Untuk itu, Indonesia saat ini giat mengembangkan pasar baru ke negara-negara nontradisional seperti ASEAN, Amerika Latin, Timur Tengah, dan Asia Selatan.
Pertumbuhan ekonomi yang pesat di negara-negara nontradisional yang juga berdampak pada peningkatan daya beli menjadikan pasar tersebut peluang yang sangat menjanjikan sebagai negara tujuan ekspor produk-produk Indonesia.
Sementara itu, Miftah menyampaikan, seluruh pemangku kepentingan berperan dalam memanfaatkan peluang pasar ekspor produk makanan dan minuman. “Kinerja positif ekspor produk makanan dan minuman Indonesia dapat menjadi momentum akselerasi peningkatan ekspor, termasuk memberikan kesempatan kepada produk-produk UMKM,” ungkap Miftah.