Epidemiolog Griffith University Australia Dicky Budiman ikut buka suara terkait kasus viral pria yang mendapatkan dosis vaksinasi sebanyak 17 kali.
Menurut Dicky Budiman, kasus tersebut merupakan bukti rendahnya literasi dan masalah dalam sistem administrasi.
Dicky Budiman mengungkapkan kasus serupa juga terjadi di negara lain, seperti Selandia Baru.
Baca Juga: Bahar Smith Diminta Tidak Merengek dan Tidak Ngumpet di Balik Jubah Agama
"Akan selalu ada potensi memanfaatkan sistem yang tidak sempurna di mana pun itu," jelas Dicky Budiman kepada GenPI.co, Rabu (22/12).
Dicky Budiman pun meminta pemerintah setempat untuk meningkatkan literasi vaksinasi covid-19.
"Artinya ada sistem yang memungkinkan. Padahal di Indonesia seharusnya lebih ketat dibandingkan di Australia," ungkap Dicky Budiman.
Dia mengatakan, di Australia walaupun database kuat, tapi ada hal-hal yang secara klarifikasi fisik tidak ada.
"Hanya melihat tanggal lahir saja," kata Dicky Budiman.
Padahal menurut Dicky, di Indonesia setidaknya ada dokumen Kartu Keluarga (KK) dan Kartu Tanda Penduduk (KTP) yang menjadi syarat verifikasi vaksinasi covid-19.
Sebelumnya, Abdul Rahim (49) diperiksa polisi terkait pengakuan menjadi joki vaksinasi Covid-19 di Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan (Sulsel).
Abdul Rahim mengaku sudah disuntik vaksin sebanyak 17 kali.
Lihat Sumber Artikel di GenPI Artikel ini merupakan kerja sama sindikasi konten antara Populis dengan GenPI.