Politik Hijau adalah perspektif alternatif dalam Hubungan Internasional yang mengkritik perspektif tradisional ketika menghadapi isu-isu spesifik seperti isu lingkungan yang menjadi titik fokusnya.
the Greens, juga disebut Green Party, salah satu dari berbagai partai politik yang berorientasi lingkungan atau ekologis yang terbentuk mulai tahun 1970-an.
Baca Juga: Peneliti: Dongkrak Kemenangan Pipres 2024, Kemungkinan PDIP Koalisi Dengan Partai Islam
Sebuah organisasi payung yang dikenal sebagai European Greens didirikan di Brussel, Belg., pada Januari 1984 untuk mengoordinasikan kegiatan berbagai pihak Eropa. Perwakilan hijau duduk di Parlemen Eropa sebagai bagian dari Greens/European Free Alliance.
Aktor dalam green politics bukanlah negara, melainkan organisasi-organisasi non-negara seperti Greenpeace dan World Wide Fund for Nature (WWF).
Green politics juga memiliki fokus untuk menciptakan keadilan dengan menyadarkan manusia bahwa masih terdapat ketimpangan sumber daya. Hal ini dilakukan dengan cara mengekspos wilayah-wilayah yang tidak memiliki sumber daya yang cukup.
Dalam bukunya yang berjudul Introduction to International Relations, Jackson & Sorensen (1999) berpendapat bahwa Green Politics muncul untuk mengkritik pandangan liberalisme dan melihat isu-isu nyata ketika perang dingin yang mengakibatkan kerusakan lingkungan yang berlebihan. Tujuan kehadiran green politics dalam Hubungan Internasional adalah menjelaskan krisis ekologi yang dihadapi manusia.
Baca Juga: Apa Itu Ekososialisme?
Setelah itu fokus pada usaha menangani krisis tersebut dengan menjadikan lingkungan hidup sebagai sesuatu yang harus dijaga keseimbangannya (Patterson, 2005). Krisis ekologi adalah isu global dalam masyarakat dunia.
Green Politics dan teori lingkungan hidup memiliki persamaan juga perbedaan. Persamaannya adalah keduanya peduli pada lingkungan dunia. Lalu perbedaannya adalah Green Politics lebih kritis daripada teori lingkungan hidup.