Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) Persaudaraan Alumni (PA) 212, Novel Bamukmin kesal bukan main gara-gara politikus PDI Perjuangan Kapitra Ampera yang menyatakan kekuatan politik Rizieq Shibab nol besar karena hanya modal koar-koar di jalanan.
Novel tegas membantah pernyataan mantan kuasa hukum Rizieq Shihab tersebut. Dia bilang kekuatan pentolan FrontPembela Islam (FPI) dasyat,dan tak boleh dianggap enteng.
"Namun daya gempur beliau secara konstitusi dahsyat seharusnya rezim ini malu dan tahu diri bahwa kekuasaannya sekarang adalah curang berdasarkan putusan MA dan bahkan TSM dengan korban nyawa petugas KPPS serta syahidnya umat Islam depan Bawaslu dan sekitarnya ketika itu," kata Novel ketika dikonfimasi Minggu (5/9/2021).
Novel kemudian mengingatkan Ampera untuk tidak lupa dengan sejarah panjag berdirinya republik ini. Novel, turunnya Presiden Soekarno adalah kekuatan politik jalanan, begitu juga turunnya Presiden Soeharto.
"Kapitra seharusnya paham jas merah, juga jas hijau. Dan ingat turunnya Soeharto cuma ratusan ribu mahasiswa, namun Soeharto sebagai negarawan sejati bisa mengundurkan diri dan itu terhormat," tuturnya.
Hal tersebut kata Novel, berbeda dengan Jokowi. Karena, Jokowi sudah didatangi masa aksi bela Islam dengan jutaan orang, akan tetapi tidak turun dari jabatannya.
"Bahkan malah melindungi penista agama serta mengkriminalisasi ulama, padahal zaman Soeharto dan Soekarno tidak ada yang tangkapi itu para pendemo," tegas Novel.