Bu Susi Dikatain Sakit Hati Karena Tak Lagi Jadi Menteri, Intip Deretan Eks-Menteri Jokowi yang Diduga Jadi 'Barisan Sakit Hati'

Bu Susi Dikatain Sakit Hati Karena Tak Lagi Jadi Menteri, Intip Deretan Eks-Menteri Jokowi yang Diduga Jadi 'Barisan Sakit Hati' Kredit Foto: Instagram/Susi Pudjiastuti

Baru-baru ini, mantan Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Susi Pudjiastuti dicibir oleh sejumlah netizen akibat mengungkapkan kekecewaannya kepada Presiden Jokowi. Hal ini diungkapkannya ketika memberikan komentar terhadap unggahan Jurnalis Senior Farid Gaban yang menyinggung terkait seruan 'revolusi mental' yang pernah digaungkan Jokowi dahulu.

"Dulu saya terpukau dengan kata-kata ini. Kupikir serius," tulis Farid dalam cuitannya melampirkan foto kata-kata Jokowi terkait revolusi mental tersebut, dikutip Jumat (12/11/2021), yang kemudian dibalas oleh Susi dengan ungkapan senada.

"Me too Pak," ungkap Susi.

Sebagai informasi, kata-kata revolusi mental Jokowi tersebut dahulu pernah diserukannya saat melakukan kampanye pada periode pertamanya sebagai Presiden pada 2014 silam. Bunyinya adalah sebagai berikut:

"Kita ini kan selalu bicara mengenai fisik dan ekonomi. Padahal, kekurangan besar kita character building. Oleh sebab itu, saya sebut REVOLUSI MENTAL."

Banyak yang menuding Susi hanyalah sakit hati karena tidak diangkat lagi sebagai Menteri pada periode kedua pemerintahan Jokowi. Karena memang pada periode kedua Jokowi, ia mengangkat Edhy Prabowo sebagai Menteri KKP menggantikan Susi. Padahal, banyak yang menyebut bahwa kinerja Susi sebagai Menteri KKP cukup baik karena berhasil mengamankan laut Nusantara dari cengkraman pihak asing lewat jargon 'tenggelamkan!' khasnya.

Namun, dari sebagian yang mencibir tersebut justru menilai bahwa kinerja Susi tak ada yang istimewa. Mereka menilai yang dilakukan Susi dahulu hanyalah menenggelamkan kapal asing yang masuk secara ilegal ke wilayah kelautan Indonesia. Namun, Susi dianggap tidak bisa memanfaatkan kekayaan laut Indonesia untuk disulap menjadi pemasukan bagi APBN. Hal inilah yang dianggap sebagai alasan mengapa Jokowi tidak melanjutkan jabatan Susi sebagai Menteri KKP di periode keduanya.

Baca Juga: Senggol Jokowi, Bu Susi Kena Jebret Netizen: Sejak Tak Jadi Menteri, Dia Jadi Pembenci Jokowi

Sebagian dari kita mungkin tidak asing dengan istilah 'barisan sakit hati' dalam ajang politik Tanah Air. Istilah tersebut sendiri biasanya merujuk kepada pihak yang menjadi pecundang dalam sebuah kontestasi politik ataupun pihak-pihak yang pernah memperoleh tempat di pemerintahan yang mana kecewa dan berbalik menjadi lawan politik.

Adapun pihak-pihak yang disebut tidak memperoleh tempat di pemerintahan sendiri merujuk kepada koalisi yang tak memperoleh jatah baik di Istana maupun di Parlemen, ataupun mereka yang sebelumnya mendapat kedudukan namun kemudian dicopot atas dasar berbagai alasan, mulai dari kinerja yang buruk, reshuffle kabinet, hingga alasan politis semata.

Contoh dari hal ini adalah para menteri-menteri kabinet yang dipecat atau yang tidak diangkat kembali saat pemerintah terkait memasuki masa pemerintahan periode kedua. Hampir setiap presiden yang pernah menjabat di Tanah Air tentu memiliki sejumlah menteri semacam itu, termasuk Presiden Jokowi yang kini menjabat.

Memang tidak semua yang mengalami hal-hal tersebut lantas berubah menjadi barisan sakit hati. Banyak yang justru malah kemudian bisa berlapang dada dan berdamai dengan lawan politiknya, meskipun kebanyakan cenderung lebih ramai yang tetap menyimpan 'dendam politik' dalam kurun waktu yang tidak ditentukan.

Jika ditinjau dari figur-figur yang pernah menjabat menjadi menteri di dalam tubuh pemerintahan Jokowi, tidak sedikit dari mereka yang setelah dipecat atau tidak diangkat kembali oleh Presiden di periode keduanya justru berbalik menjadi oposisi pemerintahan. Banyak di antara mereka secara tiba-tiba menjadi pihak yang rutin mengkritik pemerintahan Jokowi.

Susi Pudjiastuti sendiri memang sejak tak lagi menjabat sebagai Menteri beberapa kali kerap tertangkap melayangkan kritik terhadap kebijakan pemerintah. Dalam sejumlah kesempatan, ia kerap turut bersuara menyampaikan kekecewaan sebagian masyarakat terhadap kinerja pemerintah saat ini.

Di mata pendukung Jokowi, hal ini dianggap sebagai bentuk sakit hati Susi karena tak menjabat lagi di Istana. Meskipun, Susi tidak pernah secara frontal menyebut pemerintahan Jokowi bobrok, ia beberapa kali juga masih terlihat sempat memuji pemerintah apabila menurutnya hal tersebut baik. 

Berbeda dengan mantan Menteri Jokowi yang dianggap sebagai 'barisan sakit hati' lainnya, semisal Rizal Ramli yang terkenal sebagai salah satu yang paling garang dalam mengkritik pemerintahan Jokowi. Ia bahkan berulang kali menyatakan bahwa Jokowi adalah presiden gagal dan layak untuk mengundurkan diri. Ia kerap mencibir Jokowi tidak becus dalam memimpin rakyat Indonesia, khususnya di bidang ekonomi.

Padahal, Rizal sebelumnya kerap memuji Jokowi khususnya saat ia masih menjabat sebagai menterinya. Bahkan ia acapkali membanding-bandingkan pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) lebih buruk daripada pemerintahan Jokowi. Ia pernah menyatakan bahwa tidak ada yang bagus dari SBY

Seperti diketahui, Rizal sebelumnya menjabatan sebagai Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman pada Kabinet Pertama Jokowi pada 2015 silam. Ia terkena reshuffle setelah menjabat tak sampai setahun, yakni pada Juli 2016 dengan cara yang kurang mengenakkan. Cerita pencopotan Rizal Ramli oleh Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Jusuf Kalla sendiri sudah menjadi cerita rakyat yang dapat dikatakan cukup memilukan bagi diri Ekonom Senior tersebut.

Baca Juga: Rizal Ramli Kembali Beraksi, Utang di Era Jokowi Dibongkar-bongkar: Gali Lubang Tutup Jurang

Selain Rizal, adapula mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Kabinet Kerja Jokowi, Sudirman Said yang menjabat sejak 2014 dan terkenal reshuffle pada Juli 2016, berbarengan dengan Rizal. Sejak dirinya dicopot oleh Presiden Jokowi dan digantikan oleh Archandra Tahar, dirinya langsung berubah haluan menjadi oposisi pemerintah.

Ia menjadi rutin melayangkan kritik terhadap sejumlah kebijakan-kebijakan yang dijalankan oleh pemerintahan Jokowi. Puncak statusnya sebagai lawan politik Jokowi adalah pada Pilpres 2019 yang kembali mempertemukan Jokowi dengan Prabowo Subianto. Saat itu, Sudirman membelot menjadi salah satu Juru Kampanye Nasional dalam Badan Pemenangan Nasional (BPN), atau akrab disebut sebagai tim sukses pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno menghadapi pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin.

Adapun setelah Prabowo-Sandi kembali kalah dari Jokowi dan keduanya kini justru diangkat menjadi menteri, Sudirman hingga kini masih konsisten untuk aktif bersuara terhadap pemerintahan Jokowi yang usai pada 2024 mendatang. Ia masih mengukuhkan statusnya sebagai oposisi pemerintahan di saat dua sosok yang didukungnya kini justru bersatu dengan pemerintah.

Kemudian, adapula mantan Menteri Agraria dan Tata Ruang, Ferry Mursyidan Baldan yang dicopot Jokowi dari jabatannya bersamaan dengan Rizal dan Sudirman pada reshuffle 27 Juli 2016. Sama seperti Sudirman, dirinya juga kemudian membelot menjadi oposisi dan turut menjadi salah satu Juru Kampanye Nasional BPN Prabowo-Sandi.

Semasa kampanye Pilpres 2019, Ia sempat disorot karena melontarkan nyanyian bertajuk 'salam dua jari, jangan pilih Jokowi' yang menurutnya merupakan sindiran terhadap banyaknya janji Jokowi yang belum terealisasi. Padahal saat kampanye jelang Pemilu 2014, dirinya sempat dikenal sebagai Ketua Badan Pemilu (Bappilu) Partai NasDem yang mana saat itu berkoalisi dengan pihak Jokowi. 

Fenomena 'barisan sakit hati' sendiri sebelumnya pernah disinggung oleh Presiden SBY yang juga pernah mengalami apa yang dialami Jokowi saat masih menjabat sebagai Presiden RI pada 2004-2014. Ia mengungkapkan bahwa menjadi pemenang Pilpres akan memiliki musuh yang banyak yang menjadi salah satu konsekuensinya. Selain dimusuhi pihak lawan yang kalah, pemenang Pilpres juga berpotensi oleh pihak kawan yang menjadi 'barisan sakit hati' seperti kasus-kasus di atas.

"Mereka yang luka, juga menteri atau anggota kabinet yang saya ganti di tengah jalan, atau akibat reshuffle kabinet," tuturnya pada Bab berjudul "Musuh Menjadi Banyak" dalam bukunya "Selalu Ada Pilihan", dikutip Jumat (12/11/2021).

Ia sendiri mengaku kerap kali menggunakan judul lagu gubahan Duo Broery Pesolima dan Dewi Yull, yakni "Jangan Ada Dusta di Antara Kita" saat berseloroh ketika menanggapi sejumlah pihak yang sebelumnya merupakan kawan amat kritis dan kerap menyerangnya.

"Sebagian dari Anda pasti pernah mendengar lagu cinta yang dulu dibawakan secara duet oleh mendiang Broery Pesolima dan Dewi Yull. Lagu itu berjudul Jangan Ada Dusta di Antara Kita, hingga kini masih tetap populer dan disukai banyak kalangan. Lagu itulah yang sering saya gunakan sebagai bagian dari seloroh saya ketika saya diberitahu ada sejumlah pihak, termasuk yang sebenarnya bersahabat dengan saya, yang amat kritis dan sering menyerang saya," ungkapnya.

Bukan tidak mungkin sosok-sosok seperti itu akan muncul lagi di masa mendatang. Terlebih, isu reshuffle yang akan dilakukan Presiden Jokowi semakin santer digaungkan dan sudah terdapat sejumlah nama-nama menteri saat ini yang diduga akan dicopot dari jabatannya.

Baca Juga: Isu Reshuffle Masih Hangat, Ini Dia Deretan Menteri yang Bakal Dicopot Jokowi

Terkait

Terpopuler

Terkini

Populis Discover