Manuver Kapolri Listyo Sigit Demi Perbaiki Citra Polisi

Manuver Kapolri Listyo Sigit Demi Perbaiki Citra Polisi Kredit Foto: Raisan Al Farisi

Beberapa waktu belakangan, Kapolri Listyo Sigit Prabowo tengah berulang kali melakukan manuver-manuver yang dinilai berusaha untuk membersihkan citra Polri. Seperti diketahui sebelumnya, akhir-akhir ini citra Polri tengah dipandang buruk di mata masyarakat.

Sempat muncul tagar viral #PercumaLaporPolisi di media sosial yang ditengarai akibat tingkah anggota kepolisian yang tidak menjalankan tugas dengan baik dan bahkan bersikap arogan atas nama pangkatnya sebagai polisi. Belum lagi, hal buruk tersebut terkesan seperti sudah mendarah daging di dalam tubuh Polri sejak lama.

Maka dari itulah, hal ini menjadi perhatian Kapolri Listyo Sigit untuk segera melakukan 'bersih-bersih' di dalam internal Polri dengan harapan mampu membersihkan citra Polri di masyarakat dan menjadikan institusi tersebut sebagaimana mestinya, yakni pelindung masyarakat alih-alih penindas.

Sebutlah gagasan awalnya ketika dilantik oleh Presiden Jokowi menjabat sebagai Kapolri menggantikan eks-Kapolri Idham Azis, yakni terkait polisi yang tegas namun humanis. Ia mencita-citakan wajah polisi Indonesia sebagai sebuah institusi yang tegas akan hukum namun bersikap humanis dalam menjalankan hukum tersebut.

"Apa yang menjadi harapan masyarakat terhadap Polri tentunya bagaimana menampilkan Polri yang tegas namun humanis, bagaimana menampilkan Polri yang mampu memberikan pelayanan publik yang baik, bagaimana kita memberikan pelayanan secara transparan, dan bagaimana kita mampu memberikan penegakan hukum secara berkeadilan. Ini tentunya menjadi tugas kami ke depan," kata Sigit saat dilantik Jokowi Januari lalu.

Ia juga mencetuskan sebuah konsep yang disebutnya sebagai konsep Presisi (Prediktif, Responsibilitas, dan Transparansi Berkeadilan) yang diharapkannya menjadi slogan para anggota kepolisian dalam menjalankan tugas mereka dalam menegakkan hukum di tengah masyarakat. 

Hal ini tentu saja secara tidak langsung menjadi bentuk kritik bagi wajah kepolisian yang mana bagi masyarakat digambarkan sebagai pihak yang sama buruknya dengan kriminal dan suka menindas. Mulai dari arogansi anggota, praktik kotor seperti Pungli, tidak adil dalam menegakkan hukum, hingga lalai dalam penanganan kasus.

Bahkan jauh setelah Kapolri Sigit menyatakan misinya atas Polri tersebut, mencuat sebuah kasus pemerkosaan atas tiga orang anak di Luwu Timur, Sulawesi Selatan yang diduga tidak diusut tuntas oleh pihak kepolisian setempat. Hal ini dibongkar oleh sebuah tulisan dari Project Multatuli yang berujung kepada viralnya tagar #PercumaLaporPolisi. 

Belum tuntas kasus tersebut, kembali pula terjadi kasus kekerasan aparat kepolisian kepada mahasiswa yang berdemo di Tangerang. Kasus 'smackdown' tersebut seakan menjadi tamparan keras bagi Sigit bahwa dirinya harus lebih tegas lagi dalam menindak jajarannya, dari yang paling atas hingga yang paling bawah.

Baca Juga: Jadi, Benar Atau Tidak #PolisiTegasHumanis? Kok Mahasiswa Malah Di-Smackdown?

Atas dasar itu pula, Kapolri Sigit mengeluarkan statement yang kini memperoleh pujian dari sejumlah kalangan, yakni statement yang menyebut bahwa Kapolri akan menindak tegas para anggota polisi di seluruh Indonesia. Dalam statement tersebut, ia mengancam akan turun tangan sendiri dan mencopot kepala kepolisian di daerah yang tidak mampu bertindak tegas kepada bawahan mereka.

"Ada pepatah, ikan busuk mulai dari kepala, kalau pimpinannya bermasalah maka bawahannya akan bermasalah juga," kata Sigit dalam penutupan pendidikan Sespimti Polri Dikreg ke-30, Sespimen Polri Dikreg ke-61, dan Sespimma Polri angkatan ke-66 di Lembang, Jawa Barat pada Rabu (27/10/2021).

"Terhadap anggota yang melakukan kesalahan dan berdampak kepada organisasi maka jangan ragu melakukan tindakan. Kalau tak mampu membersihkan ekor maka kepalanya akan saya potong. Ini semua untuk kebaikan organisasi yang suah payah berjuang. Menjadi teladan, pelayan dan pahami setiap masalah dan suara masyarakat agar kita biusa ambil kebijakan yang sesuai," lanjutnya mengancam para Kapolda,Kapolres, maupun Kapolsek yang tidak mampu bersikap tegas kepada anak buah mereka.

Pernyataan Sigit langsung menuai banyak dukungan dari berbagai pihak yang mana dinilai sebagai sebuah gebrakan demi bersihnya Polri dari oknum yang mencederai nama baik Polri. Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Fadhil Imran bahkan menambahkan pernyataan Sigit tersebut dengan pernyataan yang lebih 'ekstrem', yakni akan 'memblender' kepala-kepala yang disinggung Kapolri tersebut.

"Kapolri sudah memerintahkan kalau tidak mampu memotong ekornya yang busuk palanya saya potong, kalau saya, saya tambahkan saya blender sekalian pimpinan yang busuk itu," tegasnya pada Sabtu (30/10/2021) di Polda Metro jaya, Jakarta.

Pihak DPR RI juga banyak yan menyatakan pujiannya terhadap ketegasan Kapolri Sigit dalam menindak jajarannya yang lalai dan bermasalah dalam bertugas. Hal ini bahkan disampaikan langsung oleh Ketua DPR RI Puan Maharani.

“Peringatan tegas yang diberikan Bapak Kapolri patut kita apresiasi. Sebagai pengayom dan pelayan masyarakat, polisi harus berhati-hati dalam bersikap. Rakyat menaruh harapan besar ke Polri,” ungkap Puan pada Senin (1/11/2021).

Ucapan Sigit pun dibuktikan baru-baru ini dengan kebijakannya dalam melakukan mutasi terhadap 173 perwira dan merotasi sejumlah Kapolda yang dinilainya gagal dan tidak becus dalam melaksanakan tugas dan tak mampu menindak tegas bawahannya. Adapun sejumlah kepala satuan kepolisian daerah lainnya tentu akan menyusul untuk ditindak apabila tidak mampu menjalankan dengan baik tugas mereka.

Baca Juga: "Peringatan Kapolri Meminimalisir Kontroversi Oknum Polisi yang Belakangan Viral"

Tak hanya itu, Kapolri Sigit juga sangat menyoroti pentingnya kepolisian agar tidak menjadi pihak yang anti-kritik terhadap kritik-kritik dan masukan-masukan dari masyarakat. Salah satu yang menjadi sorotan beberapa waktu lalu adalah kritik masyarakat lewat mural terhadap pemerintah yang mana dihapus oleh aparat keamanan dan pembuatnya dicari.

Banyak yang menyoroti tindakan aparat tersebut yang dinilai terlalu reaktif terhadap kritik, bahkan dari kritik berbentuk mural yang mana termasuk ke dalam kritik sehat karena disalurkan lewat kesenian visual. Banyak pihak yang mengecam Polri atas tindakan reaktif tersebut dan menimbulkan citra bahwa aparat keamanan di Indonesia adalah pihak yang anti-kritik.

Hal inilah yang menjadi dasar Kapolri Sigit untuk akhirnya mengadakan sebuah lomba mengkritik Polri melalui pembuatan mural dalam lomba bertajuk "Bhayangkara Mural Festival 2021" yang mana mempersilakan para seniman mural untuk menyalurkan kritik apapun untuk Polri melalui keahlian mereka menggambar. Sigit bahkan menyebut bahwa muralis yang paling pedas dalam mengkritik akan menjadi sahabatnya.

"Khususnya tentang Polri, kalau itu gambarnya paling pedas, itu juga akan kami terima. Dan saya jamin yang berani menggambar seperti itu akan jadi sahabatnya Kapolri, jadi temannya Kapolri," ungkap Sigit dalam sambutannya, Sabtu (30/10/2021).

Bahkan, Polri menyediakan hadiah yang cukup menggiurkan bagi pemenang dalam lomba melukis di dinding tersebut. Juara pertama akan memperoleh Rp 50 juta, juara kedua Rp 30 juta, dan juara ketiga Rp 20 juta. Sementara tujuh orang lainnya yang menjadi juara harapan masing-masing akan mendapat Rp 10 juta.

Adapun perlombaan tersebut diselenggarakan mulai dari tingkat Polda hingga Mabes Polri. Di tingkat Mabes Polri sendiri, peserta yang mendaftar mencapai 804 orang. Adapun kini lomba tersebut sudah menelurkan juara pertamanya, yakni seorang pria 29 tahun bernama La Ode Umar. Ia berhasil menyabet piala dan hadiah uang tunai Rp 50 juta lewat muralnya yang berisi kritikan terhadap polisi perihal pungli dan sejumlah kekerasan yang dilakukan oleh aparat.

La Ode merasa senang sekali atas tindakan Polri yang mau mewadahi kritik masyarakat sekaligus mengapresiasi para seniman mural Indonesia lewat penyelenggaraan lomba tersebut. Ia bahkan mengaku saat menjalani lomba sama sekali tidak mengalami tekanan seperti takut mengkritik pedas atau semacamnya. Ia bahkan merasa semakin yakin bahwa Polri sebenarnya tidak anti-kritik.

"Alhamdulillah senang banget, dan senang banget kepolisian Indonesia bisa mengapresiasi seniman-seniman mural, khususnya di Indonesia. Dan disediakan wadah untuk berkompetisi. Memang ada (polisi) yang baik juga. Tapi kebanyakan oknumnya kan bersikap negatif sehingga menjelekka pihak kepolisian itu sendiri," ujar La Ode saat memberi sambutan atas kemenangannya.

Sigit di akhir acara juga menyampaikan bahwa keputusannya untuk mengadakan lomba ini adalah ingin melihat bagaimana persepsi masyarakat terhadap Polri yang menurutnya bisa menjadi bahan untuk membenahi Polri menjadi institusi yang dicintai masyarakat.

"Kami institusi Polri menginginkan masyarakat bisa memberikan gambaran kepada kami tentang bagaimana persepsi masyarakat tentang Polri. Sehingga kami setiap hari bisa berbenah institusi, sehingga kita bisa siapkan institusi ini, personel-personel kami jadi lebih baik. Jadi Polri yang dipercayai publik, Polri yang dicintai masyarakat," tuturnya.

Ia juga menegaskan bahwa pemerintah dan Polri tidak anti-kritik. Ia juga mengungkapkan bahwa dengan bangga sangat menghargai para peserta yang berani mengekspresikan kritiknya melalui kesenian mural.

"Jadi kali ini kita sampaikan bahwa pemerintah-polisi tidak antikritik. Tentunya ini jadi kebanggaan kami bahwa ternyata kawan-kawan tidak takut dan berani tampil. Gambar yang positif, negatif, silakan. Kami akan menghargai betul," tutupnya.

Baca Juga: Apresiasi Instruksi Kapolri, Komisi III DPR: Ini Bukti Bantah Semua Tuduhan Kalau Kepolisian Anti Kritik

Terkait

Terpopuler

Terkini

Populis Discover