Adu Kuat Andika dan Yudo, Siapa yang Pantas Gantikan Hadi Tjahjanto jadi Panglima TNI?

Adu Kuat Andika dan Yudo, Siapa yang Pantas Gantikan Hadi Tjahjanto jadi Panglima TNI? Kredit Foto: Antara/Galih Pradipta

Isu terkait calon pengganti Marsekal Hadi Tjahjanto yang akan pensiun sebagai Panglima TNI akhir bulan ini semakin santer digaungkan. Pasalnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) masih sama sekali belum memberikan petunjuk terkait siapa sosok yang akan menduduki jabatan tersebut.

Sejauh ini, ada dua nama yang diduga menjadi kandidat yang paling kuat untuk menggantikan Hadi, yang pertama berasal dari Angkatan Darat, yakni Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Andika Perkasa, dan yang kedua berasal dari Angkatan Laut sama seperti Hadi, yakni Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Yudo Margono.

Sebagai informasi, sebenarnya terdapat nama-nama lain yang digadang-gadang cocok menjadi kandidat Panglima TNI, seperti Marsekal Fadjar Prasetyo dan juga dari Letjen TNI Dudung Abdurachman dari Pangkostrad. Namun nama Andika dan Yudo yang dinilai banyak pihak paling kuat potensinya untuk menjadi calon Panglima TNI.

Adapun baik Andika Perkasa maupun Yudo Margono masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan, ditinjau dari pendapat para ahli dan pengamat. Sebut saja Andika yang sejauh ini terlihat lebih menonjol dibandingkan Yudo jika dilihat dari rumor yang beredar. Namanya berulang kali dianggap sebagai favorit Presiden untuk menggantikan Hadi.

Baca Juga: Istana Siap Kirim Surat Pergantian Panglima TNI, Nih Kandidatnya

Salah satu momen terkuat yang dianggap merupakan saat dimana sejumlah pihak menilai Presiden Jokowi telah menjatuhkan pilihannya terhadap Andika adalah saat ia mendampingi pelepasan kunjungan kerja (kunker) Presiden ke tiga negara, yakni Italia, Britania Raya, dan Uni Emirat Arab pada Jumat (29/10/2021) lalu. Banyak pihak yang menilai bahwa kehadiran Andika saat itu merupakan kode bahwa Jokowi memang memilihnya.

Salah satu yang menyebutkan hal senada adalah Pengamat Militer UI Ridlwan Habib. Menurutnya, terdapat sejumlah kode Presiden yang muncul sebulan terakhir. 

Adapun kode pertama, menurutnya adalah ucapan Presiden Jokowi pada Ibu Negara Iriana saat melihat pameran alutsista di Peringatan HUT TNI pada 5 Oktober lalu. Saat itu, Presiden Jokowi dengan bercanda menawari istrinya tersebut untuk menaiki kendaraan alutsista darat dengan disupiri oleh Andika.

"Mau naik gimana? Biar yang nyetir Pak Andika, hahaha..." canda Jokowi saat itu.

Kode kedua, adalah saat kunjungan Mensesneg Pratikno ke Mabes Angkatan Darat pada 11 Oktober lalu. Melalui video yang dirilis kanal YouTube resmi TNI AD, terlihat Pratikno tengah berkeliling markas dengan didampingi Andika. Sempat disebutkan bahwa kemungkinan Surat Presiden (Supres) terkait pemutusan calon Panglima TNI selanjutnya kabarnya akan dikeluarkan melalui tangan Kemensesneg.

Kode lainnya menurut Ridlwan tentu saja adalah saat pelepasan kunker Jokowi ke tiga negara di Bandara Soekarno-Hatta yang saat itu juga dihadiri oleh Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo. Uniknya dari perwakilan TNI bukan Marsekal Hadi Tjahjanto yang hadir, melainkan Andika. 

Namun terkait hal itu, Marsekal Hadi secara tidak langsung sempat membantah bahwa kehadrian Andika pada pelawatan tersebut merupakan perintahnya dan tidak ada sangkut pautnya dengan pilihan Jokowi terkait calon Panglima TNI penggantinya. Ia yang saat itu tengah berhalangan untuk hadir meminta Andika untuk mewakilinya mengantar Presiden naik ke pesawat.

"Untuk senioritas, KSAD paling senior, Angkatan 87. Sedangkan KSAL 88 A dan KSAU 88 B. Agar tidak ada ketersinggungan, saya minta yang paling senior (Andika) yang mewakili," terang Hadi dikutip dari detikcom, Selasa (2/11/2021).

Ridlwan menyebut bahwa semua jenderal bintang empat pada hakikatnya sama-sama berpeluang untuk dipilih menjadi Panglima TNI. Hanya saja, ia menilai secara dinamika memang Andika yang paling berpeluang terpilih sebagai Panglima TNI selanjutnya.

"Kalau melihat dinamikanya memang KSAD Jenderal Andika yang paling berpeluang dipilih sehingga tahun depan bisa ada Panglima TNI yang baru lagi dengan masa jabatan panjang melampaui pelaksanaan Pilpres 2024," ungkapnya, Senin (1/11/2021).

Sementara itu, Pengamat politik dan hukum Universitas Nasional (Unas), Saiful Anam menyarankan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk mengangkat KSAD Jenderal Andika Perkasa sebagai Panglima TNI. Ia menilai bahwa Jenderal Andika dianggap mampu menangkal isu-isu yang bersifat ekstrem, termasuk isu yang berkaitan dengan PKI dan terorisme.

"Saya kira yang dapat melakukan itu semua hanya Jenderal Andika. Karena beliau memiliki kemampuan manajerial dan leadership yang baik," kata Saiful Anam dalam keterangannya, Kamis (30/9).

Terlebih, ia berpendapat bahwa Isu tersebut membutuhkan kekuatan kharismatik seorang pemimpin yang mampu membasmi sampai ke akar-akarnya, dan menurutnya Andika merupakan sosok yang tepat.

"Untuk itu saya kira Jenderal Andika lah yang paling tepat untuk diberikan amanah menumpas dan membasmi isu penyusupan PKI di tubuh TNI," pungkas Saiful.

Baca Juga: Bocoran Panglima TNI 2021, Kode Jokowi Sangat Jelas

Adapun Direktur Eksekutif Sudut Demokrasi Riset dan Analisis (SUDRA) Fadhli Harahab menyebut ada keuntungan besar bagi tubuh TNI AD jika Andika Perkasa menjadi panglima TNI.

"Keuntungannya, saya kira konsolidasi di tingkat elit angkatan darat khususnya akan makin kuat," katanya Jumat (22/10).

Dia mengatakan, kondisi itu bisa membuat tidak ada lagi yang coba-coba memanfaatkan TNI untuk menggembosi isu-isu tak penting.

Ia juga menilai bahwa dengan terpilihnya Andika sebagai Panglima TNI akan terdapat keuntungan tersendiri bagi pemerintahan Presiden Jokowi, khususnya dibidang kerja sama militer dengan pihak luar negeri.

"Jenderal Andika punya jaringan kuat dengan luar negeri, sehingga kerjasama antar negara dari segi kemiliteran akan lebih mudah terjalin," ujarnya.

Hal senada juga disampaikan oleh Direktur Eksekutif Centre for Indonesia Strategic Actions (CISA) Herry Mendrofa. Ia sepakat apabila pengangkatan Andika sebagai Panglima TNI merupakan keuntungan bagi Presiden Jokowi. Menurutnya, ada segi tingkat kepercayaan terhadap keamanan Indonesia yang bisa di tingkatkan lewat diangkatnya Andika.

"Jokowi akan diuntungkan soal ini, apalagi tahun 2024 ada 2 momentum politik yakni Pemilu dan selesainya jabatan Presiden. Jika Andika tetap menjadi panglima TNI, sepertinya muncul optimisme optimalisasi terhadap stabilitas sektor Pertahanan dan Keamanan Nasional," katanya. 

Pengamat Kebijakan Publik Trubus Rahadiansyah juga menyebut bahwa Andika Perkasa memiliki pemahaman yang baik terkait tata kelola keamanan. 

"TNI itu kaitannya dengan keamanan negara. Butuh keberanian untuk menghadapi tantangan terkait keamanan," ujar Trubus pada Senin (1/11/2021).

Ia juga menilai Andika memiliki peluang besar menjadi Panglima TNI karena faktor kedekatannya dengan Presiden Jokowi bila dibandingkan dengan KSAL Yudo.

"Biasanya Presiden Jokowi memilih dari sisi kedekatan. Nah, peluangnya lebih ke Andika Perkasa karena punya kedekatan (dengan Jokowi)," imbuhnya.

Tak hanya itu, Andika juga memiliki hubungan khusus dengan Kepala Badan Intelijen Negara Pertama A.M. Hendropriyono yang mana dijuluku "The Master of Intelligence" karena menjadi profesor di bidang ilmu Filsafat Intelijen pertama di dunia. Hal ini diperolehnya dari istrinya, Diah Erwiany Trisnamurti Hendrati Hendropriyono yang merupakan anak pertama A.M. Hendropriyono.

Namun, hubungan itu juga punya masalah tersendiri bagi Andika karena sebelumnya banyak pihak yang menuding bahwa Hendropriyono yang mampu memberikan dorongan politik bagi Andika justru berpotensi mendisrupsi loyalitas Andika kepada Presiden Jokowi. Sementara pada hakikatnya, Jokowi tidak membutuhkan Hendro untuk mengelola TNI dan menarik Andika menjadi Panglimanya. Jokowi membutuhkan Panglima yang bisa tegak lurus dengan komandonya selaku panglima tertinggi.

Hal ini seperti diungkapkan oleh Co-founder Institute for Security and Strategoc Studies (ISESS) Khairul Fahmi.

"Kalau kaitan menjaga hubungan dengan para tentara, Hendro sudah lama pensiun. Kalau memang konteksnya menjaga hubungan pada tentara kekinian yang aktif sekarang, saya pikir purnawirawan muda malah bisa lebih efektif," jelasnya.

Selain itu, faktor umur Andika yang pada Desember nanti menginjak 57 tahun tersebut akan segera memasuki masa pensiun dalam jangka waktu setahun. Fahmi pesimis apabila permasalahan TNI bisa selesai hanya dalam waktu jabatan Andika yang hanya setahun, terlebih persoalan di Papua yang berlarut-larut.

Baca Juga: Jika Andika Perkasa Jadi Panglima TNI, Bakal Ada Beban Berat yang Dipikul, Pak Jokowi Yakin?

Berbeda dengan Yudo yang memiliki waktu setahun lebih lama dari Andika, yakni pensiun dalam kurun waktu 2 tahun. Sehingga, ia dapat mengawal pemerintahan sedikit lebih lama. Tak hanya itu, Yudo juga memiliki masa aktif yang lebih lama sehingga dapat mengeloila internal program secara lebih matang. 

Adapun jika terkait matra, Yudo juga memiliki pengalaman lapangan meskipun bukan Angkatan Darat. Sebagai contoh adalah sepak terjang Yudo saat pendirian RS Wisma Atlet selama menjadi Pangkogabwilhan I. Lagipula, rotasi matra juga merupakan hal penting seperti yang disebutkan oleh Herry Mendrofa.

"Rotasi matra saya kira paling ideal untuk menjaga harmonisasi, stabilitas, regenerasi dan efektifitas kinerja militer," katanya.

Trubus Rahadiansyah juga menyebutkan hal serupa terkait rotasi matra. Menurutnya, jika Presiden Jokowi menitikberatkan pada hal tersebut maka kandidat kuat Panglima TNI berasal dari Angkatan Laut, dan calon terkuatnya tentu saja KSAL Yudo Margono.

"Kalau memang rotasi marta, seharusnya AL. Tradisi yang sudah disepakati memang begitu," katanya.

Ia juga sependapat dengan Herry Mendrofa terkait idealnya rotasi matra. Hal ini menurutnya disebabkan apabila Presiden menitikberatkan pilihan atas dasar kedekatan, maka akan berpotensi menimbulkan benih konflik di tubuh TNI. Ia meminta Presiden untuk mempertimbangkan betul terkait penangkatan Yudo Margono, karena akan menguntukan Presiden di sektor kelautan yang mana kini menjadi bagian persaingan dunia dalam berebut SDA.

"Yudo Margono ini punya kemampuan dalam memahami tentang keamanan laut Indonesia, karena sekarang ini persaingan negara lebih ke perebutan sumber daya alam," lanjutnya.

Pengamat Intelijen Ngasiman Djoyonegoro juga menyebutkan meskipun Yudo berasal dari Angkatan Laut, ia mampu memimpin dengan baik lingkup tiga matra, baik darat, laut, dan udara. Hal ini berangkat dari sejumlah prestasinya atas tugas-tugas yang diberikan kepadanya yang selalu dituntaskan dengan paripurna. Salah satu yang membuktikannya adalah terkait kisruh Natuna di mana ia selalu dalam posisi terdepan.

"Pengalamannya memimpin di jajaran Kogabwilhan I membuktikan bahwa Laksamana TNI Yudo Margono adalah seorang prajurit sejati yang dapat mengomandoi lingkup 3 matra. Darat, laut, dan udara," kata pengamat yang akrab dipanggil Simon tersebut dalam keterangan tertulis pada Juni lalu, dikutip Selasa (2/11/2021).

Sayangnya, dorongan politik untuk Yudo tak sebesar Andika. Ia dinilai kurang memiliki jaringan di kalangan elit politik dibandingkan dengan Andika. Meskipun pada hakikatnya, pemilihan Panglima TNI merupakan mutlak hal prerogatif presiden. Hal ini diungkapkan oleh Fadhli Harahab.

"Dorongan baginya (Yudo) tak sebesar bagi Andika Perkasa, tetapi itu saya kira wajar karena beliau adalah TNI," katanya.

Pada akhirnya, tetap Presiden Jokowi lah yang akan menentukan siapa sosok di antara kedua sosok tersebut, atau bahkan sosok lainnya yang dinilainya pantas untuk mendampinginya sebagai Panglima Tertinggi TNI.

Baca Juga: Dikuak Terang Benderang Kelemahan KSAL Yudo Margono Kalau Jadi Panglima TNI, Nih Dengar!

Terkait

Terpopuler

Terkini

Populis Discover