MotoGP Resmi Berlaga di Mandalika, Formula E di Jakarta Masih Terkendala

MotoGP Resmi Berlaga di Mandalika, Formula E di Jakarta Masih Terkendala Kredit Foto: Ahmad Subaidi

Semua tahu, dua pejabat penting Negeri saat ini, Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan tengah sama-sama mengusahakan suksesnya rencana masing-masing dari keduanya dalam mengadakan ajang balap di dalam negeri. Jokowi dengan MotoGP-nya, serta Anies dengan Formula E-nya.

Baca Juga: Anies Gelar Formula E, Jokowi Gelar MotoGP

Kini, keduanya tengah memasuki babak baru, meskipun keduanya berbeda nasib. Untuk Jokowi bisa tersenyum lebih lega, pasalnya pihak Dorna Sports sendiri sudah merilis kalender provisional musim balapan MotoGP 2022, dengan menjadikan sirkuit yang baru saja dibangun, yakni Sirkuit Internasional Mandalika, Lombok, NTB, untuk menjadi tuan rumah pada balapan seri ke dua, 20 Maret 2022 mendatang.

Terlebih, sirkuit sepanjang 4,3 Km tersebut juga kabarnya akan mendapatkan kehormatan dari pihak Dorna menjadi penyedia lintasan untuk tes pramusi MotoGP pada 11-13 Februari 2022.

Tak heran bila Jokowi beserta jajarannya dapat tersenyum lega nantinya. Sejak awal pembangunan sirkuit bernama lengkap Mandalika International Street Circuit Agustus 2020 lalu, serta memakan dana cukup besar demi terwujudnya lintasan dengan kualitas terbaik, pada akhirnya dapat rampung dan langsung disambut oleh pihak Dorna. Sehingga, ambisi Jokowi untuk mendatangkan Marc Marquez, Joan Mir, dan pembalap lainnya untuk berlaga di Tanah Air jadi kenyataan. 

Hal ini juga dapat membuat masyarakat berbangga di hadapan negeri tetangga sekaligus 'rival' Indonesia, yakni Malaysia yang sudah sejak 1999 silam menjadi tuan rumah balapan Internasional dengan sirkuit Sepang kebanggaan mereka.

Tak hanya itu, dijadikannya Sirkuit Mandalika sebagai venue MotoGP tentu sangat membuka peluang pemulihan ekonomi lewat sektor pariwisata. Hal ini seperti disebutkan oleh ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto. Menurutnya, ajang balapan MotoGP sebagai salah satu ajang balap motor terbesar di dunia mampu membuka pintu pemulihan ekonomi di Indonesia. 

"Kalau bicara konteks pariwisata Indonesia, ini sebetulnya merupakan salah satu pintu pembuka untuk pemulihan sektor pariwisata nasional yang sangat signifikan," ujar Eko.

Adapun, menurut Eko, pada saat balapan digelar 20 Maret nanti, vaksinasi di Indonesia kemungkinan sudah jauh lebih baik sehingga bisa menarik lebih banyak spektator ke dalam sirkuit. Apalagi di Indonesia, ajang balap kuda besi paling prestisius tersebut merupakan salah satu acara olahraga yang paling digemari di negeri ini. 

"Saya rasa ini peluang bagus. Pertama kondisi covid-19 di Tanah Air semakin terkendali. Jika tidak ada lonjakan kasus lagi ke depannya, maka event MotoGP di Mandalika ini akan menjadi pengungkit penting bagi sektor pariwisata nasional," sambungnya.

Namun, semua juga tahu semasa pembangunan sirkuit ini, Jokowi banyak diprotes oleh para aktivis lingkungan dan masyarakat sekitar Sirkuit. Banyak dari mereka yang merasa dirugikan karena tanahnya digusur untuk pembangunan sirkuit serta membahayakan lingkungan. Media internasional bahkan mengecam proyek tersebut karena terindikasi pelanggaran HAM.

Meski begitu, pemerintah tetap bertekad dan mendukung penuh suksesnya Sirkuit Mandalika untuk menjadi salah satu sirkuit terbaik di Asia, demi mengejar ketertinggalan dari negara-negara tetangga termasuk Malaysia dan Singapura yang sudah sejak lama menjadi tuan rumah olahraga balap.

Sementara perhelatan MotoGP di Indonesia tinggal menunggu waktu, Formula E di Ibu Kota justru berkali-kali tersandung banyak kendala dalam proses perampungannya. Banyak ganjalan yang menerpa proyek Anies tersebut mulai dari urusan administratif hingga aturan yang bersifat teknis. Terlebih, ganjalan-ganjalan tersebut banyak juga yang berbau politis.

Baca Juga: PDIP: MotoGP Mandalika Gagasan Jokowi Tak Bebani Anggaran Negara, Kalau Formula E Usulan Anies Kuras APBD

Yang terbaru, rencana Anies yang tadinya ingin menjadikan sekitar Monumen Nasional (Monas) sebagai arena balap mobil listrik tersebut justru gagal karena terhadang pelarangan dari pemerintah pusat. Selain karena area tersebut merupakan wilayah cagar budaya, pengaplikasian aspal untuk lintasan di Monas juga dinilai tak berjalan mulus.

Terpaksa, Anies dan penyelenggara Formula E harus mencari lokasi lain untuk dijadikan trek. Adapun mencari trek tak semudah dibayangkan karena harus mencari lokasi yang cukup ikonik yang mewakili identitas DKI Jakarta. PT Jakpro sebagai pelaksana pun menyediakan lima opsi venue yang bisa dipertimbangkan menjadi lintasan balap, salah satunya di Pantai Kita Maju di Pulau Reklamasi buatan Ahok.

Di sini politik kembali bermain. Anies dicibir oleh banyak pihak karena ingin menggunakan tempat karya Gubernur sebelumnya yang ia kalahkan secara kontroversial tersebut. Banyak yang menilai Anies munafik karena sebelumnya ia sempat memprotes Ahok terkait Pulau Reklamasi karena dianggapnya merusak lingkungan dan mengganggu nelayan di Teluk Jakarta. Namun kini, ia malah mencoba untuk memanfaatkannya demi kepentingan pribadinya.

Baca Juga: Formula E Batal Digelar Di Monas, Warisan Ahok Jadi Sasaran

Selain itu, proyek Formula E juga ditentang dengan gerakan interpelasi yang dibesut PDIP dan PSI. Mereka menilai bahwa pengadaan ajang Formula E di Jakarta hanyala bentuk penghamburan uang rakyat. Hal ini disebabkan menurut mereka, status Formula E masih kurang prestisius, jauh jika dibandingkan dengan ajang sekaliber Formula 1 yang bertabur bintang seperti Michael Schumacher, Fernando Alonso, Lewis Hamilton, hingga Max Verstappen. 

Belum lagi Pemprov DKI sempat diwajibkan untuk menebus biaya komitmen mencapai Rp 2 triliun untuk penyelenggaraan Formula E dengan kontrak selama 5 tahun. Biaya penyelenggaraan per tahunnya pun dinilai terpaut mahal dengan Rp 150 miliar per tahun. 

Tak hanya itu, Anies sempat menjadi bulan-bulanan karena salah satu bagian penyelenggara Formula E, Project Director Sportainment Jakpro Muhammad Maulana mundur dari posisinya yang berperan vital dalam pengembangan Formula E DKI Jakarta. Banyak yang mengaitkan mundurnya Maulana dengan ketidakjelasan proyek Formula E Anies. Meskipun pada akhirnya diklarifikasi oleh pihak Jakpro bahwa mundurnya Maulana tak ada hubungannya dengan Formula E.

Padahal sebenarnya, ajang balap mobil listrik tersebut bisa dikatakan memiliki potensi untuk sepopuler Formula 1, seiring dengan kian populernya penggunaan mobil listrik. Banyak negara-negara besar yang sudah menyelenggarakan ajang Formula E, terlebih ajangnya selalu diadakan di kota-kota besar, seperti Montreal, Roma, New York, dan lain-lain. Sehingga jika ditinjau lebih jauh, penyelenggaraan Formula E di Jakarta ini juga seharusnya memiliki potensi jangka panjang apabila diselenggarakan dengan sebaik-baiknya.

Baca Juga: PSI Gulirkan Interpelasi Formula E, Mas Anies Jangan Dag-Dig- Dug

Terkait

Terpopuler

Terkini

Populis Discover