Apa Itu Marhaenisme?

Apa Itu Marhaenisme? Kredit Foto: Bina Desa

Marhaenisme merupakan ideologi perlawanan terhadap kolonialisme dan imperialisme asing yang digagas oleh Soekarno.

Kata Marhaen mulai mencuat ketika Soekarno melakukan pembelaannya dihadapan raad van indie di Bandung tahun 1930.

Baca Juga: Suara Azan di Wilayahnya Mas Anies Disorot Media Asing, MUI Geram: Ini di Belakangnya Adalah Orang Berpandangan Komunistik

Istilah Marhaenisme

Marhaen berasal dari nama seorang petani miskin yang mempunyai lahan dan alat pertanian sendiri di daerah Jawa Barat. Sampai pada akhir 1930, ungkapan ini lazim bagi orang kecil adalah kromo.

Namun, sejak propaganda PKI istilah tersebut sering dipakai mengacu pada kaum proletar, hal tersebut memaksa Sukarno untuk mencari istilah baru.

Ada dua versi mengenai munculnya istilah marhaen.

Pertama, Marhaen adalah seorang petani di daerah Bandung yang memiliki sebidang tanah kemudian menggarap sendiri, alatnya punya dia sendiri dan hasilnya cukup untuk kebutuhan keluarganya.

Pada suatu hari, ketika sedang jalan-jalan di daerah Kiduleuen, Cigelereng, Bandung Selatan. Sukarno berjumpa dengan seorang petani yang sedang mengerjakan sawah miliknya sendiri.

Dengan alat-alat yang dimiliki sendiri walaupun sederhana, seperti dijelaskan oleh Sukarno dikemudian hari, jelas gambaran sosok petani diatas bukan proletar (karena ia tidak menjual tenaganya), tetapi walaupun demikian hidupnya dalam kemiskinan.

Baca Juga: Apresiasi untuk Para Eks-KPK yang Kini Banting Setir Jadi Petani, Pengurus Pesantren, hingga Jualan Nasgor

Sukarno menanyakan namanya, Marhen, jawab si petani.

Dari situlah Sukarno mulai menggunakan kata Marhaen sebagai sebutan untuk rakyat miskin kebanyakan yang berada di bawah tekanan dibawah kekuasaan kolonial.

Versi yang kedua, mengatakan Marhaen berasal dari akronim Marx, Hegel dan Engels.

Versi ini mempunyai alasan bahwa arah pemikiran Sukarno mengenai Marhaenisme berpijak pada teori dialektika yang dikembangkan oleh Hegel dan didukung oleh Karl Marx dan F. Engels.

Bahkan menurut Ruslan Abdulgani jika akan memahami Marhaenisme maka orang tersebut harus paham Marxsisme terlebih dahulu.

Selanjutnya
Halaman

Terkait

Terpopuler

Terkini

Populis Discover