Pernyataan Ade Armando Soal Syariat Islam Salah, Tapi...

Pernyataan Ade Armando Soal Syariat Islam Salah, Tapi... Kredit Foto: Instagram/Ade Armando

Siapa tak kenal dengan sosok Ade Armando? Pegiat media sosial yang juga merupakan akademisi dari UI ini cukup popular di tengah masyarakat akibat pernyataan-pernyataannya yang kontroversial. Terlebih, ia kerap kali melontarkan pernyataan yang berkaitan dengan dunia keislaman Indonesia.

Baru-baru ini, Ade tengah kembali menjadi bulan-bulanan sebagian masyarakat Islam Indonesia akibat pernyataannya. Ia sempat memberikan pernyataan terkait salat lima waktu, dimana ia menyebut bahwa di dalam Kitab Suci Al-Quran, tak ada tertulis perintah salat lima waktu. 

Adapun pernyataannya tersebut ia sampaikan dalam video berjudul 'SHAMSI ALI, FELIX SIAUW, MENGEROYOK SAYA SOAL SYARIAH' yang tayang di kanal YouTube CokroTV.

"Saya sih salat lima waktu walaupun saya tahu sebenarnya di dalam Al-Qur'an tidak ada perintah salat lima waktu. Coba saja baca Al-Qur'an, Anda tidak akan menemukan ayat yang mengatakan salat itu harus dilakukan 5 kali sehari," ujarnya, dikutip Jumat (5/11/2021)

Baca Juga: Ade Aramando: Dalam Al-Qur'an Tidak Ada Perintah Salat Lima Waktu

Adapun konteks dari pernyataannya tersebut berkaitan dengan polemik dirinya dengan Imam Islamic Center of New York Muhammad Shamsi Ali. Hal ini berawal saat Ade sempat menyatakan dalam video CokroTV sebelumnya yang berjudul 'MENGAPA SAYA TIDAK PERCAYA PADA SYARIAH' soal pendapatnya yang menyebut beragama Islam namun tak harus menjalankan syariat Islam.

"Saya beragama Islam, tapi saya tidak percaya bahwa umat Islam harus menjalankan syariat Islam," tegasnya, dikutip Jumat (5/11/2021).

Hal tersebut kemudian memancing sindiran dari Shamsi Ali yang menganggap Ade tak berpikir dalam berbicara hal tersebut. Ia berpendapat jika Ade beragama Islam namun tanpa menjalankan syariatnya, sama saja ia mengingkari Islam. Hal ini diutarakan dalam cuitannya di Twitter pada 27 Oktober lalu.

"Ketika anda mengingkari syariat anda ingkari Islam. Anda Syahadat itu syariah, anda sholat itu syariah, anda puasa, Haji, makan halal, tidak makan haram itu syariah, nikah itu syariah, tdk zinah itu syariah. Bicara pakai otaklah!," ujar sosok yang juga Direktur Jamaica Muslim Center tersebut, dikutip Jumat (5/11/2021).

Atas dasar itulah Ade melontarkan pernyataannya terkait perintah salat lima waktu yang menurutnya tak tercantum di Al-Quran. Ia mempertanyakan pernyataan Shamsi yang menyebut bahwa mereka yang tidak menjalankan syariat sama saja dengan mengingkari Islam.

"Di dunia ini banyak sekali Muslim yang tidak salat lima waktu. Apakah mereka mengingkari Islam?," katanya menyambung dengan pernyataannya soal tak tertulisnya perintah salat lima waktu di Al-Quran.

Pernyataan Ade tentu saja memancing reaksi dari banyak kalangan Islam Indonesia. Mereka semuanya serempak menyatakan tak setuju dengan langkah Dosen Ilmu Komunikasi UI tersebut. Salah satu yang turut menyampaikan tanggapannya adalah pihak Majelis Ulama Indonesia (MUI). Hal ini disampaikan oleh Sekjen MUI Amirsyah Tambunan yang meminta agar Ade tak membuat pernyataan di luar kapasitasnya.

"Jadi kalau beliau itu kompetensinya komunikasi, berkomentarlah soal komunikasi supaya tidak bias. Komentar sesuai keahlian, bukan berkomentar untuk sensasional," katanya pada Rabu (3/11/2021).

Selain itu adapula tanggapan dari Dirjen Bimas Islam Kemenag Kamaruddin Amin yang menilai bahwa pernyataan Ade tersebut tidak berdasar.

"Pernyataan itu sama sekali tidak benar. Banyak sekali ayat dan hadis yang berbicara tentang salat, baik sebagai kewajiban maupun sebuah keutamaan. Sejak di zaman Nabi sampai hari ini, semua mazhab dalam Islam meyakini dan melaksanakan salat. Salat adalah hal yang sangat fundamental dalam Islam. Pernyataan Ade Armando itu sama sekali tidak berdasar," tegasnya dikutip dari Suara.com, Kamis (4/11/2021).

Pihak PP Muhammadiyah bahkan memilih untuk tak menanggapi pernyataan Ade karena menilai bahwa Ade bukanlah seorang ahli agama. Hal ini disampaikan oleh Ketua PP Muhammadiyah Dadang Kahmad.

"Bapak AA (Ade Armando) bukan ahli agama, tidak harus ditanggapi," katanya pada Kamis (4/11/2021).

Hal senada juga disampaikan oleh saudara serumpun Muhammadiyah, yakni pihak Nahdlatul Ulama (NU). Ketua Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam) NU Rumadi Ahmad menilai pernyataan Ade sekadar ingin mencari perhatian dan tak bermanfaat.

"Ini hanya ingin genit saja. Omongan yang enggak ada gunanya," ujarnya.

Masih banyak pula kritikan pedas yang dilayangkan terhadap Ade atas pernyataannya. Lebih jauh, akibat pernyataannya Ade tersebut, ia sampai mengalami hal-hal buruk dari sejumlah pihak tak dikenal, mulai dari doxing (pembongkaran identitas pribadi) hingga tuduhan yang menyebut Ade sebagai penyuka sesama jenis dan terlibat dengan LGBT. Meskipun, pada akhirnya Ade sendiri menanggapi hal tersebut dengan santai.

Baca Juga: Seruan Tangkap Ade Armando Menggema

Adapun sebenarnya, pernyataan Ade memang bisa dikatakan banyak cacat dan salahnya, dengan catatan tidak sepenuhnya salah. Terkait salat lima waktu, Ade sendiri sempat menjelaskan bahwa di Al-Quran memang tidak tertulis bahwa perintah salat adalah 5 waktu, namun tiga waktu. 

Hal ini sendiri sempat dikonfirmasi oleh Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu'ti. Ia menjelaskan bahwa terkait perintah, nama, dan waktu pelaksanaan salat memang tidak ada di dalam teks Al-Quran, melainkan di dalam hadis. Ia menyebut bahwa dalam Al-Quran, pelaksanaan waktu salat diperintahkan dalam tiga waktu, yakni ketika tergelincir matahari, terbenamnya matahari, dan waktu fajar. Perintah ini tertuang dalam surat Al-Isra ayat 78.

Adapun kesalahan dari pernyataan Ade adalah terletak pada pernyataannya yang menyebut bahwa salat tidak harus dilakukan 5 kali dalam sehari. Pada faktanya, baik pihak yang percaya dengan lima waktu maupun tiga waktu tetap menjalankan salat lima kali dalam sehari, yakni salat Subuh, Zuhur, Ashar, Magrib, dan Isya. Perbedaan di antara keduanya hanya terletak dalam waktu pelaksanaan yang mana hal ini pembahasannya terletak dalam hadis-hadis dan pendapat berbagai Ulama.

Selain itu, Ade juga salah jika menyebut bahwa umat Islam tidak harus menjalankan syariat Islam. Karena pada dasarnya, keislaman seseorang dibuktikan salah satunya dengan menjalankan syariatnya, sehingga tidak ada lagi istilah 'Islam KTP'. Hanya saja, lebih ditekankan terhadap pemahaman dan cara masing-masing umat Islam saja yang berbeda-beda terhadap syariat.

Adapun pernyataannya terkait syariat ada benarnya, terlebih soal fleksibilitas penegakan syariat Islam sesuai dengan zamannya. Ade sendiri sempat menyinggung soal di mana syariat, baik itu dari Al-Quran maupun hadis, harus dipahami berdasarkan konteks sejarahnya dan harus selalu disesuaikan dengan zaman agar ajaran Islam tetap relevan, sesuai slogannya sebagai agama yang jadi rahmat bagi seluruh alam (Rahmatan Lil' Alamin).

Ade sempat menyinggung soal pernyataan Al-Quran yang menyebut bahwa seorang pria tidak harus menjaga kemaluannya untuk menyetubuhi budak perempuannya, sehingga dikataikan halal. Hal tersebut memang benar, namun bila diterapkan di masa lalu, ketika awal kemunculan Islam pada Arab periode abad ke-7, dimana perbudakan masih merupakan sebuah hal yang lazim dan dibenarkan secara moral.

Hanya saja bila hal tersebut diterapkan di abad-21 yang secara peradaban sudah berubah begitu drastis, hal ini sudah tidak relevan lagi. Karena di masa kini, perbudakan dapat dikatakan sudah sangat jarang ditemukan di berbagai belahan dunia, terlebih banyak negara-negara yang sudah dengan tegas menolak perbudakan. 

Al-Quran sendiri jika dibaca keseluruhan pada faktanya memiliki banyak sekali ayat yang memerintahkan umat Islam untuk memerdekakan dan memanusiakan budak. Sehingga secara tak langsung, Islam lebih condong menolak perbudakan karena Islam sendiri sangat menjunjung tinggi kemerdekaan dan melawan keras kezaliman. 

Sehingga pada kesimpulannya, hukum-hukum yang diterapkan Islam secara tekstual wajib dipahami beriringan dengan aspek kontekstualnya pula, alih-alih mematuhinya sepanjang zaman tanpa melihat perkembangan zaman. Ade menyebut, bahwa aturan dan hukum itu selalu bergantung dengan konteks. Apabila konteks berubah, maka aturan dan hukumnya pun akan turut berubah. 

Untuk itu, syariat Islam, khususnya Al-Quran juga diturunkan untuk menyertai dan menjadi pedoman bagi umat Islam sepanjang zaman. Maka dari itu pula, pedoman tersebut harus sesuai dengan segala zaman sejak diturunkannya Al-Quran, baik di masa lalu, masa kini, maupun masa mendatang. Sehingga, sempurnalah Islam menjadi sebuah agama yang 'Rahmatan Lil' Alamin'.

Adapun Ade, alangkah baiknya apabila ia mampu mengkomunikasikan pendapatnya tersebut dengan tetap memperhatikan kerukunan umat beragama, di waktu dan tempat yang tepat pula. Sehingga, hal tersebut tidak menggiring opini masyarakat ke arah kesalahpahaman dan memancing keributan di antara sesama umat Islam.

Baca Juga: Suara Ade Armando Semakin Lantang: Saya Menolak Penegakan Syariat Islam, Biar Indonesia Selamat

Terkait

Terpopuler

Terkini

Populis Discover