Dua Tahun Jokowi - Ma'ruf Amin: Suara Kritis Dibungkam, Peran Buzzer Disorot

Dua Tahun Jokowi - Ma'ruf Amin: Suara Kritis Dibungkam, Peran Buzzer Disorot Kredit Foto: Biro Pers/Lukas

Direktur Gerakan Perubahan, Muslim Arbi mengaku suara kritis masyarakat yang dialamatkan untuk pemerintah belakangan semakin dibungkam.

Hal ini disampaikan Muslim Arbi ketika mengomentari dua tahun kepemimpinan Presiden Joko Widodo - Ma'ruf Amin.

Baca Juga: Kena Semprot Loyalis Jokowi, Rocky Gerung Disebut Bermental Kolonialisme

Dia mengatakan, pembungkaman terhadap suara kritis masyarakat terbukti dengan lenyapnya salah Forum ILC yang dipandu jurnalis senior Karni Ilyas.

Memang program ini kerap mengkritisikebijakan pemerintah yang ditayangkan secara live di sebuah televisi nasional.

“Kebebasan kritis dan pendapat dibungkam. Satu indikasinya, lenyapnya Forum ILC TVOne tiap malam Selasa,” ujar Muslim Senin (18/10/2021).

Baca Juga: Jokowi Dihina-hina, Pasukannya Langsung Ngegas, Rocky Habis Dikata-katain..

Selain itu kata Muslim, sikap yang rada-rada preman juga ditunjukkan ketika Istana dikritik oleh sejumlah tokoh seperti Rizal Ramli, Faisal Basri, Rocky Gerung dan sebagainya.

Dalam bacaan Muslim Arbi, orang-orang di lingakaran Joko Widodo nampak tak beradab dalam merespons kritik. Tidak jarang, kata-kata kasar justru diungkapkan orang di lingkaran Jokowi.

Selama dua tahun terakhir, Muslim Arbi mencatat sikap politik dan pemasungan demokrasi nampak terlihat jelas.

“Kata-kata kasar, antikritik dan tidak beradab dengan kata-kata otak, isi septik tank ke mantan Menko Rizal Ramli dan otak sungsang ke Faisal Basri oleh Tenaga Ahli KSP, Ali Mochtar Ngabalin, ekspresi Istana yang tidak beradab hadapi kritikan dan pendapat-pendapat yang berseberangan dari rakyat,” pungkas Muslim.

Baca Juga: Amien Rais Ditinggal Pasukannya, Jangan-Jangan Ini Azab Ngatain Jokowi Presiden Bebek Lumpuh?

Sementara itu, Direktur Eksekutif Oversight of Indonesia’s Democratic Policy, Satyo Purwanto mengatakan bahwa keberadaan buzzer atau influencer tidak bisa lagi dianggap sebagai alat yang efektif.

“Awalnya mereka (buzzer) banyak berperan untuk menyerang masyarakat sipil yang kritis terhadap kekuasaan, kini mereka mulai terlihat kontraproduktif ketika membela pemerintah,” ujar Satyo.

Selanjutnya
Halaman

Terkait

Terpopuler

Terkini

Populis Discover