Salah satu Keluarga korban tragedi Kanjuruhan, Malang Jawa Timur meminta proses otopsi jenazah putri mereka melibatkan tim forensik independen,mereka tak sudi jika proses penyelidikan penyebab kematian pada peristiwa 1 Oktober 2022 hanya ditangan pihak kepolisian dan dokter forensik yang ditunjuk Polri. Pernyataan ini diutarakan keluarga korban kepada pihak Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) beberapa waktu lalu.
"Yang paling penting ketika proses autopsi sendiri itu tidak semata-mata dilakukan oleh dokter forensik dari kepolisian tapi juga dokter forensik independen yang turut serta di situ. Jadi itu komunikasi kami dengan Mas Devi Athok (orang tua dua korban tragedi Kanjuruhan)," kata Komisioner Komnas HAM Choirul Anam kepada wartawan Senin (24/20/2022).
Sejauh ini sudah ada dua keluarga korban tragedi tragedi Kanjuruhan yang menyatakan siap jenazah keluarga mereka diotopsi untuk mengetahui penyebab kematian mereka dalam peristiwa tersebut.
Dimana hingga kini penyebab kematian massal itu masih simpang siur, berbagai pihak mengklaim itu disebabkan oleh tembakan gas air mata yang dilepaskan aparat, namun pihak kepolisian sendiri beberapa kali membantah hal tersebut.
"Tapi memang beliau berpikir untuk melakukan hal itu karena terutama ada ibunya yang sudah sepuh, dengan proses kayak begitu itu semakin banyak ketakutan. Pihak keluarga juga demikian (ingin mengetahui penyebab kematian) Tapi ketika kita pertegas lagi, bagaimana? Ya prinsip dasarnya, satu, jika autopsi dilakukan, soal komunikasi harus beres. Pendampingan, pengawasan pelibatan berbagai pihak juga harus baik," ungkap Anam.
Dengan adanya persetujuan bersyarat dari keluarga korban itu, kata Anam, peluang otopsi jenazah korban tragedi Kanjuruhan terbuka lebar. Dengan demikian, maka pemicu jatuhnya ratusan korban jiwa dalam kejadian ini segera terungkap terang benderang.
"Perkembangan dalam konteks diskusi sih memang pertimbangan keluarga dan orang tuanya menjadi sangat utama. Tapi ketika diskusi itu, terakhir-terakhir diskusinya ya, posibilitasnya masih ada peluangnya, tapi dengan syarat-syarat itu walaupun pertimbangan terkait keluarga dan terkait orang tuanya ya jadi pertimbangan utama saat ini," ungkapnya.
Sekedar informasi hingga hari ini jumlah korban tragedi Kanjuruhan masih terus bertambah, total sudah ada 135 orang yang dinyatakan tewas, setelah satu aremania, julukan untuk pendukung Arema FC dinyatakan meninggal pada hari ini Senin (24/10/2022). Ironisnya dari enam tersangka yang sudah ditetapkan pihak kepolisian belum ada satupun yang ditangkap dan ditahan.